Customer Service
Informasikan kebutuhan Anda melalui SMS Center kami di 0877-500-86-500
Fanpage
Comments
Template Information
KELAUTAN DAN PERIKANAN|KP
Otomotif
INFO UTAMA
Pages
ADVERTISEMENT
Untuk Anda yang ingin menjual barang Anda lebih aman, segera hubungi Marketing Infomadura.com
Email kami:
maduraexposenews@gmail.com
serba - serbi
Sport
Featured Post 6
Sosial - Politik
Powered by Blogger.
?max-results="+numposts2+"&orderby=published&alt=json-in-script&callback=showrecentposts1\"><\/script>");
-
?max-results="+numposts2+"&orderby=published&alt=json-in-script&callback=showrecentposts2\"><\/script>");
Sebagai Muslim, orang Madura, khususnya di daerah saya pun bersuka menyambut puasa. Puasa adalah bulan yang penuh barakah. Bulan penuh rahasia, dimana hanya Allah dan orang yang berpuasa yang tahu. Karena itu Allah melipatgandakan pahala bagi orang yang menjalankan ibadah ini. Itu yang diketahui orang desa, dari kiai yang selama ini mendampingi pengembaraan hidupnya, suka dan duka.
Karena menyambut bulan suci dan mulia, maka orang desa pun menyambutnya dengan kegiatan yang diharapkan menyucikan hatinya dan memuliakan amalnya. Jika kebetulan jauh dari rumah orang tuanya, ia akan menjenguknya lengkap dengan membawa bhagiba (bisa nasi dengan lauk istimewa atau soto Madura). Ia hadir di hadapan orang tuanya –lebih-lebih ibu—untuk bersilaturrahmi dan songkeman. Minta maaf atas segala dosa, sengaja atau tidak.
Kalau kebetulan orang tua meninggal, orang desa akan berziarah ke makamnya. Di situ ia membaca surah yasiin, atau surah al-ikhlas, atau sekedar membaca alfatihah. Orang desa yakin bacaan itu akan sampai kepada kedua orang tuanya. Yang meninggal pun akan tenang di sisi-Nya.
Jika “ritual” kepada orang tua sudah dilakukan, orang desa akan melanjutkan dengan kegiatan ter-ater kepada tetangga. Ter-ater adalah kegiatan saling berbagi makanan [biasanya nasi dengan lauknya atau tajin alias bubur nasi] dengan tetangga, terutama kepada tetangga yang tidak mampu. Menjelang sore hari masih banyak saya saksikan para tetangga hilir mudik, saling ter-ater dengan tetangga lainnya.
Dalam kelompok-kelompok pengajian mingguan, atau dalam khotbah jum’at para tokoh agama menjelaskan tentang barokahnya bulan ramadlan. Sambil mengajak jama’ah untuk menjalankan kewajiban berpuasa dan mengamalkan sunnah-sunnahnya, misalnya yang paling umum adalah tarawih. Tak lupa juga tokoh agama menjelaskan apa konsekuensinya ketika tidak menjalankan kewajiban berpuasa di hadapan Allah kelak.
Saya tidak pernah mendengar para tokoh agama mengajak jama’ahnya untuk menyerang warung-warung yang mungkin siang hari masih buka. Kalau pun ada yang masuk warung dan kebetulan tidak dikenal, orang desa mencoba untuk berbaik sangka [khusnuddzan], siapa tahu orang itu musafir [orang yang sedang melakukan perjalanan] yang memang bisa mengambil rukhsah [keringanan] yang dibenarkan oleh syariah.
Begitu pun kalau ada tetangga yang tidak berpuasa, paling hanya menjadi rasanan, atau ditegur, atau kadang digojlok dengan guyonan. Kalau sudah berkali-kali diperingatkan ya sudah, itu sudah urusannya dengan Allah. Tapi setidaknya di desa saya secara lahir tak ada orang yang tidak berpuasa. Entahlah di rumah. Karena seperti yang tadi saya jelaskan, puasa adalah ibadah yang paling rahasia.
Ketika bulan puasa tiba, orang desa tetap semangat bekerja. Yang ke sawah tetap ke sawah. Sorenya masih harus menyabit rumput untuk ternaknya. Seharian mungkin jarang ada waktu istirahat. Tetapi malamnya, toh penduduk desa tetap ramai ke masjid untuk shalat tarawih.
Selepas tarawih, ada tadarrus. Tadarrus dengan membaca Al Qur’an secara bergiliran melalui pengeras suara dilakukan paling malam hingga jam 22.00 WIB. Karena bagi orang desa di atas jam 22.00, waktu untuk tidur. Meski beribadah dengan membaca Al Qur’an tak baik jika mengganggu orang lain.
Itulah cara orang desa menyambut bulan puasa. Karena bulan puasa adalah bulan suci, maka perlu bagi orang desa menyucikan bathinnya dengan sungkeman kepada orang tua, atau berziarah kalau orang taunya meninggal, dan berbagi dengan tetangga. Inilah cara-cara orang desa. Sederhana tetapi menyejukkan.
Selamat menjalankan ibadah puasa. Semoga kita memperoleh ridha-Nya di bulan yang penuh barokah dan rahasia ini. Dan kita diberi kemampuan menjalankannya sebulan penuh. (nus)
________________________________________________________________________
A. Dardiri Zubairi,
Warga Dusun Battangan, Desa Gapura Timur,
Kecamatan Gapura, Sumenep.
FASHION
© Copyright 2014 PT.MFN GROUP
www.infomadura.com|Toko Online Madura
www.infomadura.com|Toko Online Madura