Customer Service
Informasikan kebutuhan Anda melalui SMS Center kami di 0877-500-86-500
Fanpage
Comments
Template Information
KELAUTAN DAN PERIKANAN|KP
Otomotif
INFO UTAMA
Pages
ADVERTISEMENT
Untuk Anda yang ingin menjual barang Anda lebih aman, segera hubungi Marketing Infomadura.com
Email kami:
maduraexposenews@gmail.com
serba - serbi
Sport
Featured Post 6
Sosial - Politik
Powered by Blogger.
?max-results="+numposts2+"&orderby=published&alt=json-in-script&callback=showrecentposts1\"><\/script>");
-
?max-results="+numposts2+"&orderby=published&alt=json-in-script&callback=showrecentposts2\"><\/script>");
Labels:
Straight News,
Titik Temu
Oleh: Badrul Tamam
![]() |
Ilsutrasi Admin Maduratani (pamburumasa.blogspot.com) |
Berdasarkan informasi, Jum’at dini hari,
26 April 2013 Insya Allah akan terjadi Gerhana Bulan Sebagian dengan
data sebagai berikut :
• Kontak awal gerhana = 2:54:04 WIB• Pertengahan gerhana = 3:07:29 WIB
• Kontak akhir gerhana = 3:21:04 WIB
Saat Gerhana terlihat disunnahkan untuk
shalat gerhana, takbir, dan sodaqah. Rentang waktu untuk melaksanakan
shalat gerhana antara pukul 02:55 WIB sampai pukul 3:20 WIB.
Apa itu Shalat Gerhana?
Shalat gerhana adalah shalat yang
dilaksanakan ketika terjadi gerhana matahari atau bulan. Seringnya,
untuk gerhana matahari diistilahkan dengan shalat kusuf, sedangkan untuk gerhana bulan dengan shalat khusuf.
Namun terkadang kedua istilah tersebut memiliki arti yang sama. Artinya
kusuf bisa digunakan untuk gerhana matahari dan bulan, begitu juga
khusuf.
Fenomena gerhana merupakan dua tanda di
antara tanda kebesaran Allah. Terjadi bukan karena lahirnya seseorang,
sembuh dari sakit parahnya, atau karena kematiannya. Namun keduanya
terjadi semata-mata karena kehendak Allah untuk menunjukkan kebesaran
dan kekuasaan-Nya dan untuk menakut-nakuti hamba-Nya.
Diriwayatkan dari Al Mughirah bin Syu'bah radliyallah 'anhu berkata: "Terjadi gerhana matahari pada zaman Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam,
bertepatan dengan meninggalnya Ibrahim (putra beliau). Lalu orang-orang
berkata, "Terjadinya gerhana matahari karena kematian Ibrahim."
Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
إِنَّ
اَلشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اَللَّهِ لَا يَنْكَسِفَانِ
لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ, فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُمَا, فَادْعُوا
اَللَّهَ وَصَلُّوا, حَتَّى تَنْكَشِفَ
"Sesungguhnya matahari dan bulan
adalah dua tanda di antara tanda-tanda kebesaran Allah. Keduanya tidak
mengalami gerhana karena kematian seseorang dan tidak pula karena
hidupnya seseorang. Maka jika kalian melihatnya bersegeralah berdoa
kepada Allah dan shalat sehingga kembali terang." (Muttafaq 'alaih)
إِنَّ
الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ لَا يَنْكَسِفَانِ
لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ وَلَكِنَّ اللَّهَ تَعَالَى يُخَوِّفُ
بِهِمَا عِبَادَهُ
"Sesungguhnya matahari dan bulan
adalah dua tanda di antara tanda-tanda kebesaran Allah. Keduanya tidak
mengalami gerhana karena kematian seseorang dan tidak pula karena
hidupnya seseorang. Tapi, Allah Ta'ala menakut-nakuti hamba-Nya dengan
keduanya." (HR. Bukhari dan Muslim)
Terjadinya gerhana menjadi sebab
turunnya adzab kepada manusia. Dan Allah hanya akan menakut-nakuti
hamba-Nya dengan sesuatu ketika mereka durhaka kepada-Nya dan kepada
Rasul-Nya. Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
memerintahkan untuk melakukan sesuatu yang bisa menghilangkan rasa takut
dan mencegah turunnya musibah, yaitu beristighfar, berdzikir,
bertakbir, bershadaqah, membebaskan budak, dan shalat gerhana.
Para ulama menjelaskan tentang hikmah
sabda Nabi di atas, bahwa sebagian kaum jahiliyah yang sesat
mengagungkan matahari dan bulan. Lalu beliau menerangkan, keduanya
merupakan dua tanda kebesaran Allah Ta'ala dan dua makhluk-Nya yang tak
punya kuasa berbuat apa-apa. Tetapi keduanya sebagaimana makhluk
lainnya, memiliki kekurangan dan bisa berubah seperti yang lain.
Sebagian orang sesat dari kalangan ahli nujum dan selainnya berkata,
tidak terjadi gerhana matahari dan bulan kecuali karena kematian orang
besar atau semisalnya. Kemudian Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam
menjelaskan bahwa perkataan mereka ini adalah batil sehingga tidak
boleh diyakini. Begitu juga saat terjadinya gerhana yang bebarengan
dengan meninggalnya Ibrahim, putra Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam. (Lihat: Syarah Muslim li Al-Nawawi)
Bersegera Melakukan Shalat Ketika Melihat Gerhana
Tanda-tanda kebesaran Allah yang
dinampakkan di muka bumi tidak semuanya disikapi dengan shalat. Berbeda
dengan kejadian gerhana, karena di dalamnya terdapat sesuatu yang
menimbulkan rasa takut pada diri manusia, maka Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam memerintahkan untuk mendirikan shalat dengan sifat khusus. Beliau bersabda,
إِنَّ
الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لَا يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ مِنْ النَّاسِ
وَلَكِنَّهُمَا آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُمَا
فَقُومُوا فَصَلُّوا
"Sesungguhnya matahari dan bulan
tidak mengalami gerhana karena kematian salah seorang manusia. Tapi
keduanya adalah bagian dari tanda-tanda kebesaran Allah, maka jika kamu
melihat keduanya segeralah berdiri lalu shalat." (Muttafaq 'Alaih)
إِنَّ
الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ لَا يَخْسِفَانِ
لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ فَإِذَا رَأَيْتُمُوهَا فَافْزَعُوا
لِلصَّلَاةِ
"Sesungguhnya matahari dan bulan
adalah dua tanda di antara tanda-tanda kebesaran Allah. keduanya tidak
mengalami gerhana karena kematian seseorang dan tidak pula karena
hidupnya. Maka jika kamu melihatnya bersegeralah melakukan shalat." (Muttafaq 'Alaih)
Waktu Pelaksanaannya
Waktu shalat gerhana bulan dimulai saat
terlihat gerhana sampai gerhana selesai, yakni bulan tersingkap
seluruhnya. Dasarnya adalah hadits Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam,
فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُمَا فَادْعُوا اللَّهَ وَصَلُّوا حَتَّى يَنْجَلِيَ
"Maka apabila kalian melihat keduanya
(gerhana matahari dan bulan), maka berdoalah kepada Allah dan shalatlah
sampai gerhana selesai." (HR. al-Bukhari)
Sementara waktu lewatnya shalat gerhana
bulan adalah dengan salah satu dari dua perkara: pertama, bulan sudah
tersingkap seluruhnya. Kedua, terbitnya matahari. Ada yang berpendapat,
dnegan hilangnya bulan (tenggelamnya). Apabila langit berawan dan ia
ragu apakah gerhana sudah selesai atau belum, maka masih dibolehkan
untuk mengerjakan shalat, karena pada asalanya gerhana itu masih
berlangsung." (Dinukil dari Shahih Fiqih Sunnah, Abu Malik Kamal: II/98)
Ringkasan Tatacara Shalat Gerhana
Tidak ada perselisihan di antara ulama,
shalat gerhana dikerjakan dua rakaat. Dan pendapat yang masyhur dari
pelaksanaannya adalah pada setiap rakaatnya dua kali berdiri, dua kali
bacaan, dua kali ruku', dan dua kali sujud. Ini adalah pendapat Imam
Malik, Imam al-Syafi'i, dan Imam Ahmad rahimahumullah.
Berikut ini kami ringkaskan tata cara pelaksanaan shalat gerhana berdasarkan hadits-hadits shahih:
- Bertakbir, membaca istiftah, Isti'adzah, al-Fatihah, kemudian membaca surat yang panjang, setara surat Al-Baqarah.
- Ruku' dengan ruku' yang panjang (lama).
- Bangkit dari ruku' dengan mengucapkan Sami'Allahu LIman Hamidah, Rabbanaa wa Lakal Hamd.
- Tidak langsung sujud, tetapi membaca kembali surat Al-Fatihah dan surat dari Al-Qur'an namun tidak sepanjang pada bacaan sebelumnya.
- Ruku' kembali dengan ruku' yang panjang tapi tidak sepanjang yang pertama.
- Bangkit dari ruku' dengan mengucapkan, Sami'Allahu LIman Hamidah, Rabbanaa wa Lakal Hamd.
- Sujud, lalu duduk di antara dua sujud, kemudian sujud kembali.
- Kemudian berdiri untuk rakaat kedua, dan caranya seperti pada rakaat pertama tadi.
Catatan:
- Disunnahkan pelaksanaan shalat gerhana di masjid, tidak ada azan atau iqomah sebelumnya, hanya panggilan “Al-Shalatul Jami'ah.”
- Disunnahkan Imam untuk memberikan nasihat kepada manusia dengan berkhutbah setelah shalat, memperingatkan mereka agar tidak lalai dan memerintahkan mereka supaya memperbanyak doa, istighfar, dan amal shalih.
Penutup
Bagi seorang muslim, wajib meyakini
bahwa alam raya tidak berjalan dengan sendirinya. Ada Dzat, Maha Kuasa
yang megaturnya. Sehingga dalam melihat berbagai perubahan di alam raya,
ia tak menilainya semata fenomena alam semata. Tapi lebih dari itu, ada
Tuhan yang memerintahkan dan menghendakinya. Tentu dengan hikmah yang
diinginkan oleh-Nya. Karena itu, menyikapi gerhana matahari atau bulan,
bukan hanya dijadikan sebagai keta'ajuban akan fenomena alam sehingga
dijadikan sebagai media rekreasi semata. Tapi seharusnya ditumbuhkan
keimanan terhadap ke-Mahakuasa-Nya. Dibuktikan dalam bentuk amal nyata,
berupa mendirikan shalat, berdoa, dan banyak beristighfar kepada-Nya.
Wallahu Ta'ala A'lam. [PurWD/voa-islam.com]
FASHION
© Copyright 2014 PT.MFN GROUP
www.infomadura.com|Toko Online Madura
www.infomadura.com|Toko Online Madura