Customer Service
Informasikan kebutuhan Anda melalui SMS Center kami di 0877-500-86-500
Fanpage
Comments
Template Information
KELAUTAN DAN PERIKANAN|KP
Otomotif
INFO UTAMA
Pages
ADVERTISEMENT
Untuk Anda yang ingin menjual barang Anda lebih aman, segera hubungi Marketing Infomadura.com
Email kami:
maduraexposenews@gmail.com
serba - serbi
Sport
Featured Post 6
Sosial - Politik
Powered by Blogger.
?max-results="+numposts2+"&orderby=published&alt=json-in-script&callback=showrecentposts1\"><\/script>");
-
?max-results="+numposts2+"&orderby=published&alt=json-in-script&callback=showrecentposts2\"><\/script>");
Labels:
Agrobisnis
Pengusaha kelas kakap Indonesia, Liem Sioe Liong
alias Sudono Salim meninggal dunia hari ini di Singapura pukul 15.50
waktu setempat. Dia wafat di usia 96 karena sakit. Liem meninggalkan
tiga putra dan satu putri.
Pria ini dilahirkan di Kota Fuqing, Provinsi Fujian, China. Kehidupannya semasa kecil cukup sederhana. Anak nomor dua ini besar di keluarga petani gurem. Pada usia 20 tahun, dia hijrah dari kota kelahirannya menuju Medan, Sumatera Utara mengikuti kakaknya berdagang minyak kelapa sawit, seperti dikutip dari buku Prominent Indonesian Chinese: Biographical Sketches (1995) karya Leo Suryadinata.
Keputusan hijrah itu terbukti mengubah peruntungannya. Dia sukses karena bisa mengembangkan usaha kelapa sawit menjadi pemasok tembakau terbesar di Sumatera Utara, selama kurun 1940-an.
Di awal berdirinya republik, Liem banyak membantu Tentara Republik Indonesia. Dia memasok obat-obatan kepada tentara secara sembunyi-sembunyi. Pihak Belanda bahkan sempat menuding dia memberi bantuan senjata pada gerilyawan Indonesia. Setelah kabar proklamasi sampai di Sumatera, dia langsung memilih jadi warga negara Indonesia
Karena kedekatan dengan tentara di masa revolusi itulah, Liem mengenal Soeharto, perwira militer penting yang kariernya sedang menanjak dan sempat bertugas di Medan. Banyak pihak percaya kedua tokoh ini menjaga keakraban hingga Soeharto naik tahta menjadi presiden. Namun Liong selalu menolak tudingan bisnisnya berkembang karena bantuan militer.
Selepas 1952, Liem mulai rajin membangun jaringan dengan sanak saudara yang juga pengusaha di Singapura dan Hong Kong. Pada tahun 1969, rezim Soeharto mengeluarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri No.6 Th. 1969 supaya warga keturunan Tionghoa mengganti nama. Liem lantas mengubah namanya menjadi Sudono Salim.
Usaha Salim makin moncer setelah dia membuka pabrik sabun, cikal bakal Indofood. Koneksi keluarga dari tempat kelahirannya membuahkan hasil pada 1970-an. Dia berhasil melakukan joint venture impor gandum. Hasil kerjasama itu dia gunakan untuk membangun Industri semen ternama, Indocement.
Bisnis Salim makin menggurita. Pada 1997, Salim Group memiliki aset senilai USD 20 miliar dengan lebih dari 500 anak perusahaan dan menyerap 200 ribu tenaga kerja. Warga Indonesia pastinya akrab dengan perusahaan berikut, Indomobil, Indocement, Indosiar, BCA, Indomaret, Indomarco, dan sebagainya. Semua itu adalah kelompok usaha milik Salim.
Di puncak kejayaan, dia pernah masuk daftar Majalah Forbes ke daftar 25 besar pengusaha terkaya di Asia dan '100 Orang Terkaya di Dunia'.
Salah satu episode suram Salim ketika krisis moneter melanda. Utang Salim Group mencapai USD 4,8 miliar. Rumahnya di Medan dan Pasar Baru, Jakarta dibakar massa saat kerusuhan Mei 1998. Dia pun mengungsi ke Los Angeles, Amerika Serikat.
Namun usahanya bisa bangkit berkat kerja keras sang anak, Anthony Salim. Grup Salim bisa bertahan dari krisis ekonomi dan tetap menjadi perusahaan paling disegani di Indonesia sampai sekarang.
Salah satu ucapan terkenal konglomerat besar ini adalah pentingnya pengusaha menjadi sosok cerdik yang tetap jujur.
"Seorang pengusaha harus banyak akal," kata Liem. "Tapi, jangan curang. Jangan ambil milik orang lain," ujar dia menambahkan.(merdeka)
Pria ini dilahirkan di Kota Fuqing, Provinsi Fujian, China. Kehidupannya semasa kecil cukup sederhana. Anak nomor dua ini besar di keluarga petani gurem. Pada usia 20 tahun, dia hijrah dari kota kelahirannya menuju Medan, Sumatera Utara mengikuti kakaknya berdagang minyak kelapa sawit, seperti dikutip dari buku Prominent Indonesian Chinese: Biographical Sketches (1995) karya Leo Suryadinata.
Keputusan hijrah itu terbukti mengubah peruntungannya. Dia sukses karena bisa mengembangkan usaha kelapa sawit menjadi pemasok tembakau terbesar di Sumatera Utara, selama kurun 1940-an.
Di awal berdirinya republik, Liem banyak membantu Tentara Republik Indonesia. Dia memasok obat-obatan kepada tentara secara sembunyi-sembunyi. Pihak Belanda bahkan sempat menuding dia memberi bantuan senjata pada gerilyawan Indonesia. Setelah kabar proklamasi sampai di Sumatera, dia langsung memilih jadi warga negara Indonesia
Karena kedekatan dengan tentara di masa revolusi itulah, Liem mengenal Soeharto, perwira militer penting yang kariernya sedang menanjak dan sempat bertugas di Medan. Banyak pihak percaya kedua tokoh ini menjaga keakraban hingga Soeharto naik tahta menjadi presiden. Namun Liong selalu menolak tudingan bisnisnya berkembang karena bantuan militer.
Selepas 1952, Liem mulai rajin membangun jaringan dengan sanak saudara yang juga pengusaha di Singapura dan Hong Kong. Pada tahun 1969, rezim Soeharto mengeluarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri No.6 Th. 1969 supaya warga keturunan Tionghoa mengganti nama. Liem lantas mengubah namanya menjadi Sudono Salim.
Usaha Salim makin moncer setelah dia membuka pabrik sabun, cikal bakal Indofood. Koneksi keluarga dari tempat kelahirannya membuahkan hasil pada 1970-an. Dia berhasil melakukan joint venture impor gandum. Hasil kerjasama itu dia gunakan untuk membangun Industri semen ternama, Indocement.
Bisnis Salim makin menggurita. Pada 1997, Salim Group memiliki aset senilai USD 20 miliar dengan lebih dari 500 anak perusahaan dan menyerap 200 ribu tenaga kerja. Warga Indonesia pastinya akrab dengan perusahaan berikut, Indomobil, Indocement, Indosiar, BCA, Indomaret, Indomarco, dan sebagainya. Semua itu adalah kelompok usaha milik Salim.
Di puncak kejayaan, dia pernah masuk daftar Majalah Forbes ke daftar 25 besar pengusaha terkaya di Asia dan '100 Orang Terkaya di Dunia'.
Salah satu episode suram Salim ketika krisis moneter melanda. Utang Salim Group mencapai USD 4,8 miliar. Rumahnya di Medan dan Pasar Baru, Jakarta dibakar massa saat kerusuhan Mei 1998. Dia pun mengungsi ke Los Angeles, Amerika Serikat.
Namun usahanya bisa bangkit berkat kerja keras sang anak, Anthony Salim. Grup Salim bisa bertahan dari krisis ekonomi dan tetap menjadi perusahaan paling disegani di Indonesia sampai sekarang.
Salah satu ucapan terkenal konglomerat besar ini adalah pentingnya pengusaha menjadi sosok cerdik yang tetap jujur.
"Seorang pengusaha harus banyak akal," kata Liem. "Tapi, jangan curang. Jangan ambil milik orang lain," ujar dia menambahkan.(merdeka)
FASHION
© Copyright 2014 PT.MFN GROUP
www.infomadura.com|Toko Online Madura
www.infomadura.com|Toko Online Madura