Jember - Nelayan di Kecamatan Puger, Kabupaten Jember,
Jawa Timur, mengeluhkan pembatasan pembelian bahan bakar minyak (BBM)
jenis solar bersubsidi untuk kebutuhan melaut nelayan setempat.
"Pembelian solar dibatasi dan nelayan yang membeli solar dengan
jeriken maksimal dijatah 10 liter, padahal kebutuhan kami lebih dari
itu," kata Wahid, nelayan Puger Kulon, Kecamatan Puger, Kabupaten
Jember, Sabtu.
Pengurangan kuota solar di SPBU Puger mulai
dirasakan oleh nelayan sejak sepekan terakhir dan kebijakan tersebut
meresahkan ribuan nelayan yang hendak melaut, setelah musim paceklik
sejak November hingga Maret.
"Saat ini mulai musim ikan,
sehingga pembatasan pembelian solar sangat meresahkan nelayan dan kami
tidak bisa membeli sesuai dengan kebutuhan," tuturnya.
Menurut dia, sebuah perahu kecil yang ber-ABK dua orang membutuhkan
sebanyak 20 liter solar untuk sekali melaut, sedangkan perahu yang
ber-ABK 20 orang membutuhkan solar sebanyak 200 liter.
Sementara anggota DPRD Jember dari Kecamatan Puger, Abdul Halim,
mengatakan pembatasan pembelian BBM jenis solar sangat menyengsarakan
nelayan karena sudah beberapa bulan mereka tidak melaut.
"Nelayan membeli solar hanya di SPBU Puger dan disana hanya tersedia dua
unit, mereka tidak bisa membeli solar di SPBU yang bukan untuk
nelayan," tuturnya.
Menurut dia, perahu besar tidak mungkin
hanya membeli puluhan liter solar karena sekali jalan (PP) membutuhkan
sedikitnya 200 liter solar dan nelayan hanya membeli solar sesuai dengan
kebutuhan melaut.
"Kebutuhan di satu SPBU khusus nelayan
Puger sekitar 16 ton liter dan bisa mencapai 32 ton liter pada saat
musim ikan. Ketika pasokan berkurang, SPBU itu hanya mendapatkan jatah 8
ton liter per hari, padahal jumlah nelayan di Puger mencapai ribuan,"
ucap politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu.
Anggota
Komisi A DPRD Jember itu berharap ada solusi dari pemerintah untuk
mengatasi persoalan pembatasan pembelian solar terutama bagi nelayan di
Kecamatan Puger dan sekitarnya.(*/Ant)
