Customer Service
Informasikan kebutuhan Anda melalui SMS Center kami di 0877-500-86-500
Fanpage
Comments
Template Information
KELAUTAN DAN PERIKANAN|KP
Otomotif
INFO UTAMA
Pages
ADVERTISEMENT
Untuk Anda yang ingin menjual barang Anda lebih aman, segera hubungi Marketing Infomadura.com
Email kami:
maduraexposenews@gmail.com
serba - serbi
Sport
Featured Post 6
Sosial - Politik
Powered by Blogger.
?max-results="+numposts2+"&orderby=published&alt=json-in-script&callback=showrecentposts1\"><\/script>");
-
?max-results="+numposts2+"&orderby=published&alt=json-in-script&callback=showrecentposts2\"><\/script>");
Labels:
Bursa Kerja dan Karir
MAKASSAR: Pantang menyerah, sepertinya menjadi sebuah kiasan yang cukup menggambarkan tekad seorang Harianto Albarr. Pemuda yang akrab disapa Anto ini memiliki tekad mulia, menerangi desa tanah kelahirannya. Desa tempat Anto berada berpenduduk kurang lebih 1.500 orang, terletak di lereng bukit Coppo Tile, Desa Bacu-Bacu, Makassar.
Tidak mudah untuk mencapai desa yang di kelilingi perbukitan batu gersang ini. Dibutuhkan waktu empat jam perjalanan darat menuju ke arah utara Makassar, ibukota Sulawesi Selatan. Setelah itu dilanjutkan dengan menumpangi angkot selama satu jam menyusuri jalan yang kadang aspal kadang berbatu di tepian jurang. Desa itu bernama Ampiri, yang dikategorikan sebagai desa terpencil, karena keberadaannya tidak bisa ditemukan di dalam peta.
Orang tua Harianto sudah menetap di Ampiri selama 30 tahun dan selama itu juga mereka tidak pernah merasakan terangnya lampu. “Anak-anak tidak pernah belajar di malam hari karena tidak ada penerangan,” jelas Anto. Sebagian besar warga desa tidak mampu membeli lampu petromaks. Melihat keadaan tersebut selama bertahun-tahun, mahasiswa Fakultas Kimia Universitas Negeri Makassar ini kemudian tergerak untuk berbuat sesuatu untuk tanah kelahirannya. Ia mencetuskan ide untuk membuat kincir air pembangkit listrik pada 2008. Anto memiliki misi untuk menjadikan Ampiri terang dengan biaya yang murah dan mandiri.
Menyulap Pohon Aren Jadi Pipa
Ide yang dicetuskan Anto ternyata disambut baik oleh warga Ampiri. Ia tidak hanya merancang bentuk tapi juga melakukan survei dan sebagainya. “Sungai yang mengairi sawah di desa kami berdebit air tinggi. Di musim kemarau airnya memang menyusut, tapi tidak pernah kering,” ujar Anto. Kebiasaan warga desa untuk bergotong royong memudahkan rencana ini untuk diwujudkan. Mereka bersama-sama membendung sungai, menebang pohon aren untuk dijadikan pipa yang mengalirkan air menuju generator bekas milik Pemda, untuk menggerakkan turbin yang terbuat dari kayu yang dipahat. Derasnya air mampu menghasilkan listrik berkekuatan 3 Kwh, ini cukup membuat indikator lampu menyala, hingga semangat warga desa pun melambung.
Walaupun instalasi pertama yang masih sangat sederhana ini belum membuat lampu warga menyala, mereka sudah mulai sadar bahwa kincir angin ini bermanfaat dan membutuhkan tenaga lebih besar agar listrik bisa mengalir ke rumah-rumah. Pembangunan instalasi kedua pun harus menunggu, karena minimnya dana yang dimiliki oleh warga. Dari keterangan yang diperoleh melalui kepala desa, pendapatan rata-rata penduduk hanya Rp 500 ribu per bulan yang diperoleh dari hasil bertani padi dan kacang tanah di sawah tadah hujan.
Serba Sukarela
Kendala lain pun muncul, turbin kayu yang mereka gunakan rusak, sehingga harus diganti dengan turbin yang terbuat dari besi sambil mengganti generator menjadi 5 Kwh. Tiga bulan kemudian, mereka berhasil membeli generator yang mampu menghasilkan listrik 10 Kwh dengan total biaya sebesar Rp 6 juta hasil urunan beberapa warga. Akhirnya, instalasi kedua berhasil berdiri pada 2009. Aliran airnya sangat deras dan bening. Rumah-rumah dan masjid di Ampiri pun terang.
Melihat hasil ini, warga pun dengan sukarela mengeluarkan dana sebesar Rp 10.000 – Rp 30.000 per bulan sebagai iuran untuk biaya perawatan. Tidak cuma itu, warga juga mengatur jadwal pemeliharaan dan perawatannya.
Pembuatan kincir air ini sebenarnya dimaksudkan Anto untuk mengubah pola pikir masyarakat dalam arti yang sebenarnya. Tidak hanya ingin menjadi pencetus terang desa saja, tetapi lebih dalam lagi. Ia menginginkan masyarakat dapat melaksanakan aktivitasnya sehari-hari menggunakan alat-alat yang sudah maju yang dapat digerakkan oleh listrik.
Perbaikan Kehidupan
Kehadiran listrik membuat kondisi sosial warga Ampiri membaik. Anak-anak sudah bisa belajar di malam hari, warga mampu membeli lemari es yang dimanfaatkan untuk membuat es dan menjualnya, wawasan mereka bertambah karena sudah bisa menonton televisi dan mendengarkan radio, bahkan beberapa di antara warga sudah bisa memasak nasi menggunakan rice cooker, seperti masyarakat di kota besar pada umumnya. Tidak hanya itu, semangat kerja petani pun semakin tinggi. Permintaan listrik dari warga pun meningkat, hingga instalasi ketiga yang berkapasitas 10 Kwh dan instalasi keempat berkapasitas 20 Kwh dibangun.
Melihat perubahan positif ini, desa-desa lain di sekitar Ampiri akhirnya juga berminat untuk merasakan hal yang sama. Saat ini, kincir air pembangkit listrik milik Anto sudah ada tujuh buah dan tersebar di tiga desa, empat di Desa Ampiri, satu di Desa Amerun dan dua di Desa Tampung. Anto merasakan sebuah kebahagiaan yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata, melihat impian, gagasan dan kerja kerasnya bermanfaat untuk masyarakat sekitarnya.
“Sebenarnya Ampiri hanya perlu satu instalasi berkekuatan 50 Kwh untuk mengaliri listrik ke semua rumah warga, namun biaya pembuatannya cukup mahal, sekitar Rp 100 juta,” ungkap Anto. Tapi ia tidak putus asa, Anto bertekad untuk mewujudkan ini.
Itulah cerita tentang semangat anak muda yang punya visi perubahan ke depan yang mengemuka dalam diskusi kepemudaan SATU Indonesia (Semangat Astra Terpadu Untuk Indonesia) Awards 2013 yang digelar di Makassar, 5 April 2013. Harianto Albarr adalah penerima apresiasi SATU Indonesia Awards 2012.
SATU Indonesia Awards 2013
SATU Indonesia Awards merupakan ajang tahunan persembahan PT Astra International Tbk yang dimulai sejak tahun 2010 untuk mencari pemuda-pemudi yang memiliki semangat yang sejalan dengan Astra, senantiasa berkontribusi positif untuk lingkungan sekitar dan memberi manfaat bagi masyarakat luas di lima bidang yaitu Pendidikan, Lingkungan, Kesehatan, Teknologi dan Wirausaha.
Pendaftaran untuk SATU Indonesia Awards keempat ini dibuka mulai 28 Maret sampai dengan 18 Agustus 2013 dengan persyaratan usia maksimal 35 tahun, program individu bukan kelompok, kegiatan harus orisinal, penggiat/kegiatannya telah berlangsung minimal 2 tahun, belum pernah menerima penghargaan nasional atau internasional, belum diliput oleh media serta bukan karyawan Grup Astra dan Tempo Media Group sebagi mitra kerja program ini.
Tidak hanya calon peserta yang bisa mendaftarkan diri, namun masyarakat yang mengetahui keberadaan dari para pemuda dengan kriteria di atas juga dapat merekomendasikan dan mendaftarkan lebih dari satu orang peserta.
Untuk informasi lebih lanjut dan pendaftaran dapat dilakukan di www.satu-indonesia.com. Disamping itu ikuti juga berbagai program terkait SATU Indonesia Awards seperti Sebar SATU Indonesia, voting pemenang favorit dan perkembangan SATU Indonesia melalui Facebook Fan Page: Semangat Astra Terpadu dan Twitter: SATU_Indonesia.
Yang akan dinilai tim juri adalah kegiatan yang dapat membantu dan mengupayakan orang lain untuk bisa menjadi mandiri, dengan memberikan solusi, cara atau alat, bukan sekadar memberikan sumbangan atau donasi yang berdampak sementara.
Kegiatan juga bisa berupa pelatihan keterampilan sekelompok orang, komunitas atau masyarakat yang kurang beruntung, sehingga mereka punya keahlian dan dapat hidup mandiri. Kegiatan-kegiatan yang membawa perubahan tersebut akan dinilai berdasarkan parameter mulai dari motif kegiatan, hasil yang diciptakan, jangkauan dari program dan komitmen untuk melanjutkan kegiatan.
Dewan juri SATU Indonesia Awards 2013 terdiri dari :
- Emil Salim, Dosen Ilmu Lingkungan Pasca Sarjana Universitas Indonesia
- Fasli Jalal, Wakil Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia tahun 2010-2011
- Nila Moeloek, Utusan Khusus Presiden RI untuk MDGs
- Tri Mumpuni, Pendiri Institut Bisnis dan Ekonomi Kerakyatan
- Onno Purbo, Pakar Teknologi Informasi
PT Astra International Tbk akan memberikan bantuan dana keberlangsungan program masing-masing senilai Rp 55 juta dan pembinaan kegiatan bagi para penerima apresiasi SATU Indonesia Awards 2013.
SATU Indonesia Awards bukan hanya sebagai apresiasi, namun juga untuk membangkitkan semangat generasi muda untuk terus menyatukan karya membangun bangsa. Tahun lalu, jumlah pendaftar mencapai 1.088 orang, yang berarti naik 121% dibandingkan tahun 2011 yang hanya berjumlah 492 orang pendaftar.
Statistik ini tentunya menggambarkan perkembangan positif di masyarakat Indonesia, ternyata banyak generasi muda yang membuat perubahan untuk kemajuan bangsa dengan semangat tanpa menyerah dan tanpa pamrih.
SATU Indonesia merupakan langkah nyata dari Grup Astra untuk berperan aktif serta memberikan kontribusi meningkatkan kualitas masyarakat Indonesia melalui karsa, cipta dan karya terpadu untuk memberikan nilai tambah bagi kemajuan bangsa Indonesia.
Pada prinsipnya di mana pun instalasi Astra berada, harus memberikan manfaat bagi lingkungan sekitarnya, sesuai dengan butir pertama filosofi Catur Dharma, yaitu “Menjadi Milik yang Bermanfaat bagi Bangsa dan Negara.”
Sumber: satu-indonesia.com
FASHION
© Copyright 2014 PT.MFN GROUP
www.infomadura.com|Toko Online Madura
www.infomadura.com|Toko Online Madura