Customer Service
Informasikan kebutuhan Anda melalui SMS Center kami di 0877-500-86-500
Fanpage
Comments
Template Information
KELAUTAN DAN PERIKANAN|KP
Otomotif
INFO UTAMA
Pages
ADVERTISEMENT
Untuk Anda yang ingin menjual barang Anda lebih aman, segera hubungi Marketing Infomadura.com
Email kami:
maduraexposenews@gmail.com
serba - serbi
Sport
Featured Post 6
Sosial - Politik
Powered by Blogger.
?max-results="+numposts2+"&orderby=published&alt=json-in-script&callback=showrecentposts1\"><\/script>");
-
?max-results="+numposts2+"&orderby=published&alt=json-in-script&callback=showrecentposts2\"><\/script>");
Percaya atau tidak, sebuah desa di Sumenep Madura menjadikan kegiatan mengemis sebagai mata pencaharian utama mayoritas penduduknya dan bagian dari budaya turun temurun.
![]() |
Ist |
Bahkan penduduk luar yang menikah dengan warga "desa pengemis" setelah bermukim di desa itu otomotis ikut menggeluti pekerjaan sebagai pengemis konvensional atau pengemis terpelajar tergantung dari latar belakang pendidikan.
Aktivitas mengemis yang dilakukan masyarakat di Desa Pragaan Daya, Kecamatan Pragaan, Sumenep, Madura, Jawa Timur ternyata tidak hanya dilakukan di Pulau Madura, dan sebagian Jawa Timur, tapi juga merambah ke Batam, Kalimantan, Jakarta dan bahkan ke Malaysia.
Dosen Universitas Wiraraja (Unija) Sumenep, Hasan Basri mengatakan, budaya mengemis yang dilakukan masyarakat Pragaan Daya bukan hanya dilakukan oleh kaum miskin, melainkan juga orang-orang kaya untuk ukuran desa tersebut dan terpelajar. "Hampir 90 persen penduduk desa menjalankan pekerjaan sebagai pengemis," katanya.
Warga di kecamatan yang berada di wilayah barat Kabupaten Sumenep itu mayoritas penduduknya melakukan kegiatan mengemis, namun ada perbedaan antara yang terpelajar atau "modern" dengan masyarakat yang buta huruf.
"Bagi orang terpelajar, mengemisnya dengan cara membuat proposal fiktif, baik atas nama lembaga pendidikan, masjid, mushalla dan sejenisnya," kata Hasan Basri.
Sedangkan, bagi mereka yang tidak mempunyai kemampuan untuk membaca dan menulis, dilakukan dengan cara konvensional, yakni, membawa anak kecil dan meminta-minta di sejumlah tempat maupun datang ke rumah-rumah penduduk.
Para "pengemis" yang menyebarkan proposal fiktif itu, ditengarai bekerjasama dengan aparat desa setempat. Sebab, pada proposal itu juga dilengkapi tandatangan dan stempel desa. Bahkan surat jalan pun, mereka kantongi.
Jadi, sangat sulit untuk mendeteksi kebenaran dari proyek yang tertera dalam proposal tersebut, kecuali mengecek langsung ke lokasi, baik untuk tempat ibadah, sekolah dan lainnya. (ant/mkf/nu)
FASHION
© Copyright 2014 PT.MFN GROUP
www.infomadura.com|Toko Online Madura
www.infomadura.com|Toko Online Madura