Customer Service
Informasikan kebutuhan Anda melalui SMS Center kami di 0877-500-86-500
Fanpage
Comments
Template Information
KELAUTAN DAN PERIKANAN|KP
Otomotif
INFO UTAMA
Pages
ADVERTISEMENT
Untuk Anda yang ingin menjual barang Anda lebih aman, segera hubungi Marketing Infomadura.com
Email kami:
maduraexposenews@gmail.com
serba - serbi
Sport
Featured Post 6
Sosial - Politik
Powered by Blogger.
?max-results="+numposts2+"&orderby=published&alt=json-in-script&callback=showrecentposts1\"><\/script>");
-
?max-results="+numposts2+"&orderby=published&alt=json-in-script&callback=showrecentposts2\"><\/script>");
Ulama pengasuh pondok pesantren Salafiyah Albajigur KH Abdurrahman asal
Desa Tenonan, Kabupaten Sumenep, Pulau Madura, Jawa Timur, membuat
perahu untuk misi sosial.
"Perahu ini kami buat untuk kepentingan sosial, dan diharapkan akan penupan kehidupan masyarakat di Pulau Madura ini," kata KH Abdurrahman, Rabu.
Perahu yang diberi nama "Raffatut Thoir" yang dibuat oleh asal Desa Tenonan, Kecamatan Manding, Kabupaten Sumenep itu, Rabu (2/4) siang dilarung kelaut, melalui Pantai Slopeng, di Kecamatan Dasuk.
Perahu dengan panjang 15 meter dan lebar 3 meter ini, sengaja dilarung kelaut, sebagai alat transportasi untuk membantu para fakir miskin dan tidak mampu yang ada di Kepulauan Madura.
Perahu ini nantinya akan menjadi alat transportasi alternatif bagi masyarakat Madura yang hendak melakukan misi sosial, semisal memberikan santunya dan berbagai jenis kegiatan lainnya bagi warga di Kepulauan Sumenep.
Pembuatan perahu "Raffatut Thoir" itu membutuhkan waktu hampir kurang lebih 6 bulan. Selama proses pembuatannya banyak warga yang mengkritik, karena pembuatan perahu dilakukan diatas bukit di Desa Tenonan. Namun, demikian, pembuatan perahu itu yang menghabiskan dana sebesar Rp400 juta itu, tetap bisa selesai sesuai target.
Ketua Ikatan Keluarga Albajigur (Ikbar) Haji Fendi, mengungkapkan, misi sosial untuk kapal itu antara lain bisa dijadikan alat transportasi menyantuni para fakir miskin, anak yatim, serta janda miskin yang ada Madura maupun luar Madura.
"Kita menyediakan kapal tersebut untuk misi sosial. Model dan bentuknya dibuat hampir menyerupai perahu rakyat biasanya. Bedanya, perahu buatan Kiai Abdurrahman atau Kiai Bajigur dilengkapi ruang nahkoda seluas kurang lebih 2X3 meter terletak dibagian belakang perahu. Memiliki tiga dek, dek pertama untuk ruang mesin dan barang, dek dua untuk penumpang, dan dek tiga nahkoda," ujarnya.
Sementara pembuat perahu "Raffatut Thoir" KH Abdurrahman mengaku, pembuatan perahu untuk misi sosial ini tidak ada kaitannya dengan politik.
"Pembuatan perahu ini tidak berkaitan dengan politik. Biaya pembuatan perahu ini murni swadaya dari keluarga besar Albajigur. Kalau ada yang mengatakan biaya pembuatan kapal ini disumbang oleh calon legislatif maupun partai politik, itu bohong," tegasnya.
Ungkapan Kiai ini juga sebagai bentuk tanggapan atas kabar yang beredar di sebagian kalangan masyarakat Sumenep yang menyebutkan bahwa pembuatan perahu yang dilakukan pengasuh pondok pesantren Salafiyah Albajigur itu atas sumbangan salah seorang calon legislatif.
Selain itu, Kiai Albajigur juga tidak mau disebut pembuatan kapalnya itu hanya meniru-niru atau terinspirasi Nabi Nuh, karena membuat perahu di atas Bukit Lanjuk.
"Perahu ini sengaja dibuat diatas bukit. Tidak ada maksud apa-apa, hanya kebetulan saja lokasi pondok saya berada didaerah perbukitan. Itu dilakukan agar saya mudah ketika mengontrol," ungkapnya.
Ritual larung
Sebelum perahu "Raffatut Thoir" dilarung kelaut, terlebih dahulu dibacakan doa untuk keselamatan selama dalam perjalanan. Bahkan, berbagai sarana seperti nasi kuning, pisang, penganan pasar serta hasil pertanian lainnya dibagikan pada ratusan keluarga besar Albajigur yang datang kelokasi. Selanjutnya panitia membagikan santunan pada anak yatim dan janda terlantar, serta santunan kepada kaum dhuafa dan fakir miskin berupa beras dan uang.
Perahu ini dijadwalkan akan mengelilingi Pulau Madura dan menyambangi tempat-tempat keramat yang ada di Pulau Madura Garam itu. Kapal akan bergerak dari Pantai Slopeng menyisiri pantau utara hingga ujung paling barat pesisir Pulau Madura.
Setelah itu perahu akan berbalik lewat pesisir selatan, namun sebelum perahu kembali lagi ke Sumenep, perahu beserta 30 orang penumpangnya akan mengunjungi kaum dhuafa, fakir miskin, anak yatim, serta janda terlantara yang ada di Kepulauan Sumenep untuk memberikan santunan. (*/ant)
Sumenep, InfoMadura.com| Ulama pengasuh pondok pesantren Salafiyah Albajigur KH Abdurrahman asal Desa Tenonan, Kabupaten Sumenep, Pulau Madura, Jawa Timur, membuat perahu untuk misi sosial.
"Perahu ini kami buat untuk kepentingan sosial, dan diharapkan akan penupan kehidupan masyarakat di Pulau Madura ini," kata KH Abdurrahman, Rabu.
Perahu yang diberi nama "Raffatut Thoir" yang dibuat oleh asal Desa Tenonan, Kecamatan Manding, Kabupaten Sumenep itu, Rabu (2/4) siang dilarung kelaut, melalui Pantai Slopeng, di Kecamatan Dasuk.
Perahu dengan panjang 15 meter dan lebar 3 meter ini, sengaja dilarung kelaut, sebagai alat transportasi untuk membantu para fakir miskin dan tidak mampu yang ada di Kepulauan Madura.
Perahu ini nantinya akan menjadi alat transportasi alternatif bagi masyarakat Madura yang hendak melakukan misi sosial, semisal memberikan santunya dan berbagai jenis kegiatan lainnya bagi warga di Kepulauan Sumenep.
Pembuatan perahu "Raffatut Thoir" itu membutuhkan waktu hampir kurang lebih 6 bulan. Selama proses pembuatannya banyak warga yang mengkritik, karena pembuatan perahu dilakukan diatas bukit di Desa Tenonan. Namun, demikian, pembuatan perahu itu yang menghabiskan dana sebesar Rp400 juta itu, tetap bisa selesai sesuai target.
Ketua Ikatan Keluarga Albajigur (Ikbar) Haji Fendi, mengungkapkan, misi sosial untuk kapal itu antara lain bisa dijadikan alat transportasi menyantuni para fakir miskin, anak yatim, serta janda miskin yang ada Madura maupun luar Madura.
"Kita menyediakan kapal tersebut untuk misi sosial. Model dan bentuknya dibuat hampir menyerupai perahu rakyat biasanya. Bedanya, perahu buatan Kiai Abdurrahman atau Kiai Bajigur dilengkapi ruang nahkoda seluas kurang lebih 2X3 meter terletak dibagian belakang perahu. Memiliki tiga dek, dek pertama untuk ruang mesin dan barang, dek dua untuk penumpang, dan dek tiga nahkoda," ujarnya.
Sementara pembuat perahu "Raffatut Thoir" KH Abdurrahman mengaku, pembuatan perahu untuk misi sosial ini tidak ada kaitannya dengan politik.
"Pembuatan perahu ini tidak berkaitan dengan politik. Biaya pembuatan perahu ini murni swadaya dari keluarga besar Albajigur. Kalau ada yang mengatakan biaya pembuatan kapal ini disumbang oleh calon legislatif maupun partai politik, itu bohong," tegasnya.
Ungkapan Kiai ini juga sebagai bentuk tanggapan atas kabar yang beredar di sebagian kalangan masyarakat Sumenep yang menyebutkan bahwa pembuatan perahu yang dilakukan pengasuh pondok pesantren Salafiyah Albajigur itu atas sumbangan salah seorang calon legislatif.
Selain itu, Kiai Albajigur juga tidak mau disebut pembuatan kapalnya itu hanya meniru-niru atau terinspirasi Nabi Nuh, karena membuat perahu di atas Bukit Lanjuk.
"Perahu ini sengaja dibuat diatas bukit. Tidak ada maksud apa-apa, hanya kebetulan saja lokasi pondok saya berada didaerah perbukitan. Itu dilakukan agar saya mudah ketika mengontrol," ungkapnya.
Ritual larung
Sebelum perahu "Raffatut Thoir" dilarung kelaut, terlebih dahulu dibacakan doa untuk keselamatan selama dalam perjalanan. Bahkan, berbagai sarana seperti nasi kuning, pisang, penganan pasar serta hasil pertanian lainnya dibagikan pada ratusan keluarga besar Albajigur yang datang kelokasi. Selanjutnya panitia membagikan santunan pada anak yatim dan janda terlantar, serta santunan kepada kaum dhuafa dan fakir miskin berupa beras dan uang.
Perahu ini dijadwalkan akan mengelilingi Pulau Madura dan menyambangi tempat-tempat keramat yang ada di Pulau Madura Garam itu. Kapal akan bergerak dari Pantai Slopeng menyisiri pantau utara hingga ujung paling barat pesisir Pulau Madura.
Setelah itu perahu akan berbalik lewat pesisir selatan, namun sebelum perahu kembali lagi ke Sumenep, perahu beserta 30 orang penumpangnya akan mengunjungi kaum dhuafa, fakir miskin, anak yatim, serta janda terlantara yang ada di Kepulauan Sumenep untuk memberikan santunan. (*/ant)
Sumenep, InfoMadura.com| Ulama pengasuh pondok pesantren Salafiyah Albajigur KH Abdurrahman asal Desa Tenonan, Kabupaten Sumenep, Pulau Madura, Jawa Timur, membuat perahu untuk misi sosial.
FASHION
© Copyright 2014 PT.MFN GROUP
www.infomadura.com|Toko Online Madura
www.infomadura.com|Toko Online Madura