Customer Service
Informasikan kebutuhan Anda melalui SMS Center kami di 0877-500-86-500
Fanpage
Comments
Template Information
KELAUTAN DAN PERIKANAN|KP
Otomotif
INFO UTAMA
Pages
ADVERTISEMENT
Untuk Anda yang ingin menjual barang Anda lebih aman, segera hubungi Marketing Infomadura.com
Email kami:
maduraexposenews@gmail.com
serba - serbi
Sport
Featured Post 6
Sosial - Politik
Powered by Blogger.
?max-results="+numposts2+"&orderby=published&alt=json-in-script&callback=showrecentposts1\"><\/script>");
-
?max-results="+numposts2+"&orderby=published&alt=json-in-script&callback=showrecentposts2\"><\/script>");
MAGELANG, MADURATANI.COM — Dalam beberapa waktu terakhir, masyarakat
Indonesia dihadapkan pada persoalan kenaikan ekstrem harga bawang merah dan
bawang putih. Lonjakan harga salah satu komoditas penting itu terbilang
mencekik masyarakat, khususnya para petani, pedagang sayur, ibu rumah tangga,
termasuk masyarakat ekonomi lemah.
Persoalan ini tidak terjadi dalam dongeng. Kali ini, bawang putih benar-benar telah membuat masyarakat menangis. Berawal dari keprihatinan terhadap kondisi tersebut, Komunitas Guyup Fotografi (Gufi) Magelang menggelar Photo Session on the Market, sebuah kegiatan di mana para juru foto mengabadikan beberapa pose sejumlah model di tengah pasar tradisional Tarumanegara, Kota Magelang. Pose dengan latar belakang komoditas bawang merah dan bawang putih menjadi bagian utama dalam sesi tersebut.
Para model pun di-make-up sedemikian rupa dengan kostum merah dan putih sebagai simbol warna bawang merah dan bawang putih. Tak ayal aksi mereka mendapat perhatian dari para pedagang pasar dan warga yang melintas.
Menurut Bambang Bro, salah satu koordinator Gufi Magelang, melalui kegiatan tersebut, para pencinta fotografi merasa perlu memperlihatkan dalam bahasa gambar tentang realita sesungguhnya di tengah masyarakat. Kenyataan bahwa masyarakat, khususnya masyarakat kelas ekonomi lemah, telah menjadi korban kebijakan pemerintah yang tidak berpihak kepada mereka.
"Kenapa ini semua terjadi? Bawang putih yang biasanya bisa didapat dengan harga murah kini mendadak melonjak tinggi. Hal ini sesungguhnya tidak lepas dari motif atau cara-cara lama yang sengaja dimainkan oleh importir-importir nakal untuk memengaruhi dan menekan pemerintah terkait kebijakan regulasi impor," ujar Bambang di sela kegiatan, Rabu (20/3/2013).
Bambang menilai, kenyataan tersebut sangat masuk akal sebagai respons para pelaku impor komoditas pangan dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Pertanian Nomor 60 Tahun 2012 tentang rekomendasi impor holtikultura, yang berisi tentang pemberhentian impor 13 jenis komoditas holtikultura.
"Kebijakan ini sungguh menyakitkan hati para petani holtikultura dan berimbas sampai pada para pedagang hasil pertanian di pasar tradisional. Itulah sebabnya mengapa Gufi memilih lokasi photo session di pasar tradisional ini," tandas Bambang.
Dengan tegas, Bambang menuturkan, melalui kegiatan tersebut, Gufi ingin menyampaikan kepada masyarakat luas dan pemerintah melalui bahasa gambar. Pesannya adalah untuk jangka panjang, tidak bisa tidak pemerintah Indonesia harus menggalakkan dan mengoptimalkan produksi pangan nasional, subyeknya para petani kecil yang menjadi mayoritas masyarakat Indonesia.
"Pemerintah harus serius berpihak kepada petani lokal. Impor pangan tidak semestinya terjadi di negeri yang gemah ripah loh jinawi," ujar Bambang.
Persoalan ini tidak terjadi dalam dongeng. Kali ini, bawang putih benar-benar telah membuat masyarakat menangis. Berawal dari keprihatinan terhadap kondisi tersebut, Komunitas Guyup Fotografi (Gufi) Magelang menggelar Photo Session on the Market, sebuah kegiatan di mana para juru foto mengabadikan beberapa pose sejumlah model di tengah pasar tradisional Tarumanegara, Kota Magelang. Pose dengan latar belakang komoditas bawang merah dan bawang putih menjadi bagian utama dalam sesi tersebut.
Para model pun di-make-up sedemikian rupa dengan kostum merah dan putih sebagai simbol warna bawang merah dan bawang putih. Tak ayal aksi mereka mendapat perhatian dari para pedagang pasar dan warga yang melintas.
Menurut Bambang Bro, salah satu koordinator Gufi Magelang, melalui kegiatan tersebut, para pencinta fotografi merasa perlu memperlihatkan dalam bahasa gambar tentang realita sesungguhnya di tengah masyarakat. Kenyataan bahwa masyarakat, khususnya masyarakat kelas ekonomi lemah, telah menjadi korban kebijakan pemerintah yang tidak berpihak kepada mereka.
"Kenapa ini semua terjadi? Bawang putih yang biasanya bisa didapat dengan harga murah kini mendadak melonjak tinggi. Hal ini sesungguhnya tidak lepas dari motif atau cara-cara lama yang sengaja dimainkan oleh importir-importir nakal untuk memengaruhi dan menekan pemerintah terkait kebijakan regulasi impor," ujar Bambang di sela kegiatan, Rabu (20/3/2013).
Bambang menilai, kenyataan tersebut sangat masuk akal sebagai respons para pelaku impor komoditas pangan dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Pertanian Nomor 60 Tahun 2012 tentang rekomendasi impor holtikultura, yang berisi tentang pemberhentian impor 13 jenis komoditas holtikultura.
"Kebijakan ini sungguh menyakitkan hati para petani holtikultura dan berimbas sampai pada para pedagang hasil pertanian di pasar tradisional. Itulah sebabnya mengapa Gufi memilih lokasi photo session di pasar tradisional ini," tandas Bambang.
Dengan tegas, Bambang menuturkan, melalui kegiatan tersebut, Gufi ingin menyampaikan kepada masyarakat luas dan pemerintah melalui bahasa gambar. Pesannya adalah untuk jangka panjang, tidak bisa tidak pemerintah Indonesia harus menggalakkan dan mengoptimalkan produksi pangan nasional, subyeknya para petani kecil yang menjadi mayoritas masyarakat Indonesia.
"Pemerintah harus serius berpihak kepada petani lokal. Impor pangan tidak semestinya terjadi di negeri yang gemah ripah loh jinawi," ujar Bambang.
Sumber: Kompas.com
FASHION
© Copyright 2014 PT.MFN GROUP
www.infomadura.com|Toko Online Madura
www.infomadura.com|Toko Online Madura