Customer Service
Informasikan kebutuhan Anda melalui SMS Center kami di 0877-500-86-500
Fanpage
Comments
Template Information
KELAUTAN DAN PERIKANAN|KP
Otomotif
INFO UTAMA
Pages
ADVERTISEMENT
Untuk Anda yang ingin menjual barang Anda lebih aman, segera hubungi Marketing Infomadura.com
Email kami:
maduraexposenews@gmail.com
serba - serbi
Sport
Featured Post 6
Sosial - Politik
Powered by Blogger.
?max-results="+numposts2+"&orderby=published&alt=json-in-script&callback=showrecentposts1\"><\/script>");
-
?max-results="+numposts2+"&orderby=published&alt=json-in-script&callback=showrecentposts2\"><\/script>");
Labels:
Local Wisdom
Oleh: Novian Budi
Tama
Pelestarian dan pemanfaatan alam yang baik dan tepat guna mampu menjaga keseimbangannya. Ambil apa yang hanya kita butuhkan dan perlukan tanpa berlebihan, lalu berikan apa yang menjadi haknya, adalah pelestarian. “Hargailah alam seperti kita menghargai diri kita, niscaya keseimbangan akan terjaga.”
Pelestarian dan pemanfaatan alam yang baik dan tepat guna mampu menjaga keseimbangannya. Ambil apa yang hanya kita butuhkan dan perlukan tanpa berlebihan, lalu berikan apa yang menjadi haknya, adalah pelestarian. “Hargailah alam seperti kita menghargai diri kita, niscaya keseimbangan akan terjaga.”
I.
PENGERTIAN LOCAL WISDOM
Kearifan
Lokal atau sering disebut Local Wisdom adalah semua bentuk
pengetahuan, keyakinan, pemahaman, atau wawasan serta adat kebiasaan atau etika
yang menuntun perilaku manusia dalam kehidupan di dalam komunitas ekologis
(Keraf, 2002). Sedangkan menurut Gobyah, 2009 kearifan lokal didefinisikan sebagai
kebenaran yang telah mentradisi atau ajeg dalam suatu daerah.
Dari
kedua definisi tersebut maka local wisdom dapat diartikan sebagai nilai yang
dianggap baik dan benar yang berlangsung secara turun-temurun dan dilaksanakan
oleh masyarakat yang bersangkutan sebagai akibat dari adanya interaksi antara
manusia dengan lingkungannya.
II.
BENTUK-BENTUK LOCAL WISDOM
Bentuk-bentuk
kearifan lokal dalam masyarakat dapat berupa: nilai, norma, etika, kepercayaan,
adat-istiadat, hukum adat, dan aturan-aturan khusus. Secara substansi kearifan
lokal dapat berupa aturan mengenai:
1. Kelembagaan
dan sanksi sosial;
2. Ketentuan
tentang pemanfaatan ruang dan perkiraan musim untuk bercocok tanam;
3. Pelestarian
dan perlindungan terhadap kawasan sensitif;
4. Bentuk
adaptasi dan mitigasi tempat tinggal terhadap iklim, bencana atau ancaman
lainnya.
III.
FUNGSI LOCAL WISDOM
Berikut
adalah beberapa fungsi dari local wisdom:
1. Untuk
konservasi dan pelestarian sumber daya alam;
2. Untuk
pengembangan suber daya manusia, misalnya berkaitan dengan upacara daur hidup.
3. Untuk
pengembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan, misalnya uapacra-upacara suatu
adat tertentu.
4. Sebagai
petuah, kepercayaan, sastra, dan pantangan.
IV.
LOCAL WISDOM DI INDONESIA
Indonesia
merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.508 pulau
baik berpenghuni ataupun tidak berpunghuni, dilintasi garis khatulistiwa,
berada di antara benua Asia dan Australia serta antara Samudra Pasifik dan
Samudra Hindia. Wilayah yang cukup luas dengan keberagaman kekayaan alam
membuat Indonesia memilii beragam suku bangsa, beragam kepercayaan, beragam
adat istiadat, dan beragam kebuadayan yang semuanya bergabung menjadi satu,
dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika (berbeda-beda tetapi tetap satu jua).
Kebudayaan
yang beraneka ragam itu mempengaruhi kehidupan masyarakat Indonesia, menjadi
pedoman bagi mereka. Tiap daerah mempunyai kebudayaannya masing-masing,
mempunyai kebijakan dan kearifan yang berbeda-beda. Berikut adalah beberapa
kearifan yang terdapat di berbagai daerah di Indonesia:
A. Tradisi
Unik Ikan Dewa di Cigugur Jawa Barat
Menurut
sumber lisan masyarakat, keberadaan ikan dewa tidak terlepas dari Rama
Haji Irengan. Salah satu ulama yang menyebarkan Islam di Kabupaten Kuningan
sekitar abad ke 15. Ia adalah seorang catrik (santri) yang belajar agama Islam
pada Sunan Gunung Djati di Cirebon. Rama Haji Irengan menyebarkan agama Islam
di wilayah Kuningan sebelah selatan yang masih memeluk agama Hindu-Budha. Saat
penyebaran itu, Rama Haji Irengan membuat balong (kolam) sebagai tanda
masyarakatnya sudah Islam. Membuat kolam itu dilakukannya dalam satu malam dan
langsung ditanami ikan. Ikan itu lah yang sampai sekarang disebut ikan dewa dan
tidak boleh dimakan oleh siapa pun.
Jumlah
ikan tersebut dari tahun ke tahun tidak bertambah ataupun berkurangMenurut
kepercayaan warga setempat, apabila makan ikan dewa maka ia akan mati secara
tragis. Nilai kearifan lokal yang terdapat dari ikan dewa adalah sebagai
berikut:
a. Dapat
menyelamatkan populasi dari ikan dewa tersebut agar tidak punah, karena
mayarakat mau melestarikan ikan dewa dan tidak mengonsumsinya.
b. Banyak
wisatawan yang ingin berkunjung ke Cigugur sekedar ingin mengetahui
ikan dewa, sehingga dapat menambah penghasilan masyarakat sekitar.
B. Ritual
Cembengan (Upacara Kirab Manten Tebu)
Merupakan
tradisi masyarakat Tionghoa, yaitu Cing Bing. Cing Bingadalah tradisi
ziarah yang dilakukan oleh orang – orang Tionghoa yang bekerja di sebuah pabrik
gula. Masyarakat lokal menyebut tradisi iniCing Bing-an, yang kemudian populer
dengan sebutan Cembengan, karena kata Cing Bing-an sulit dilafalkan.
Upacara
ini merupakan pernikahan tebu laki – laki dan perempuan. Pengantin tebu ini
sebelum dinikahkan diarak keliling sekitar pabrik gula. Tebu yang dinikahkan
juga diberi nama sebagai simbol sesuai jenis kelaminnya.Tebu yang berwarna
hitam sebagai simbol laki – laki, sedangkan tebu yang berwarna kuning sebagai
simbol perempuan.
Pemberian
nama tebu dan menikahkan tebu tersebut mengandung makna akan terbentuk keluarga
yang damai sejahtera. Makna lebih jauhnya adalah bentuk kerjasama yang baik
antara perusahaan dan petani tebu.
Pada
arak – arakan ini disertakan pula berbagai macam sesaji. Misalnya kepala
kerbau, gagar mayang (bunga pohon tebu), kembang telon (tiga jenis bunga), joli
(terbuat dari bambu kertas hias), berbagai jenis bubur, tumpeng, dan hasil
bumi. Sesaji ini merupakan simbol kekuatan untuk menolak bencana atau bala.
Selesai diarak, dilakukan pembacaan doa, kemudian aneka sesaji diletakkan
disejumlah tempat didalam pabrik terutama di deretan mesin giling.
C. Suku
Dayak Losarang Indramayu Jawa Barat
Suku
Dayak Losarang Indramayu disebut juga Suku Dayak Hindu-Budha Bumi Segandu
Indramayu dan tidak ada kaitannya dengan Suku Dayak di Kalimantan. Terbentuknya
Suku Dayak adalah dari ketua Suku: Ki Takmad Diningrat yang merupakan jawara
silat yang dalam perjalanan silatnya terinspirasi untuk mengajak kepada
kebajikan
Suku
Dayak Losarang Indramayu memiliki ciri-ciri memakai celana hitam putih sebatas
betis, berambut Gondrong, memakai kalung berbentuk garuda yang memiliki arti
bahwa mereka mengakui negara Indonesia dan Bhineka Tunggal Ika, mata
pencaharian berkebun sebagai upaya “back to nature” dan tidak memakan daging,
telur dan yang dari hewan, alasan : karena hewan juga butuh hidup.
Ajaran-ajaran
yang terdapat di Suku Dayak Losarang antara lain :
a. “ngaji
rasa terhadap alam semesta” artinya menyatukan diri dengan alam.
b. Menempatkan
kaum perempuan pada posisi terhormat yaitu “Nyi Dewi Ratu” sebagai maha
pemberi hidup.
c. Perempuan
memiliki derajat yang lebih tinggi dari laki2 sehingga membohongi istri adalah
dosa besar.
d. Setiap
suami harus mengabdi kepad istri dan anak.
Terdapat
ritual yang masih dilakukan oeh Suku Dayak Losarang, yaitu:
a. Ritual
Kungkum
Suku
Dayak Losarang berkumpul di Pendapa lalu menyanyikan tembang pujian yang
langgamnya mirip nada2 tarling sebagai pemujaan terhadap Nyi Dewi
Sri.Lalu saling berebut air di kolam di dalam pendapa dan berharap
kesejahteraan hidup.
b. Ritual
Pepe
Pada
waktu tertentu para laki-laki tanpa sungkan menelantangkan tubuh
mereka di tempat terbuka berlantai semen. Mereka meyakini tidak
setiap orang siap melakoninya. Hal itu adalah salah satu yang harus dijalani mereka
dalamupaya melakukan “ngaji rasa terhadap alam semesta”
atau menyatu dengan alam .
c. Ritual
Persembahan
Setelah
ritual persembahan, maka kungkum di rawa semalaman untuk belajar ketahanan tubuh
dan kesabaran.
Nilai
kearifan lokal yang dapat diambil dari ajaran Suku Dayak Losarang
Indramayu adalah sebagai berikut:
a. Mencintai
lingkungan karena upaya dalam berkebun dan “back to nature” serta berinteraksi
dengan alam dengan berbagai ritual yang mereka lakukan.
b. Menghargai
perbedaan dengan mengakui Bhineka Tunggal Ika dan bersosialisasi baik dengan
masyarakat lain.
c. Kebersamaan
komunitas yang dapat menjadi erat karena seringnya melakukan ritual bersama.
d. Menghargai
perempuan sebagai kaum yang diistemewakan untuk disayangi.
D. Kampung
Kuta Ciamis Jawa Berat
Kampung
Kuta berada di wilayah Kabupaten Ciamis, Kecamatan Tambaksari, tepatnya di
dalam Desa Karangpaningal. Kampung Kuta terdiri atas 2 RW dan 4 RT. Kampung
Kuta adalah dusun adat yang masih bertahan di Desa Karangpaningal, Kecamatan
Tambaksari Kabupaten Ciamis. Kampung adat ini dihuni masyarakat yang dilandasi
kearifan lokal, dengan memegang budaya pamali (tabu), untuk menjaga
keseimbangan alam dan terpeliharanya tatanan hidup bermasyarakat. Salah satu
yang menonjol adalah dalam hal pelestarian hutan, sekaligus mempertahankan
kelestarian mata air dan pohon aren untuk sumber kehidupan mereka.
Karena
penghormatan yang tinggi terhadap hutan, warga Kampung Kuta yang hendak masuk
ke kawasan hutan tidak pernah mengenakan alas kaki. Tujuannya agar hutan
tersebut tidak tercemar dan tetap lestari. Oleh karena itu, kayu-kayu besar
masih terlihat kokoh di Leuweung Gede. Selain itu, sumber air masih terjaga
dengan baik.
Masyarakat kampung
kuta masih memegang teguh melestarikan budaya adat leluhurnya (karuhun),
amanat leluhur yang masih dipertahankan antara lain :
1. Rumah
panggung yang harus beratap rumbia atau injuk dan tidak
boleh permanent;
2. Bentuk
rumah persegi dan tidak boleh berbentuk sikon;
3. Penduduk
yang meninggal harus dimakamkan di luar Kmpung Kuta;
4. Boleh
ketempat keramat selama hari senin dan jumat saja, di dalam tempat keramat
tidak boleh membawa barang-barang yang terdapat di hutan keramat seperti
ranting, daun, batang, pohon dan sebagainya;
5. Dihutan
larangan tidak boleh meludah saat nyipuh, yaitu saat membasuh dari air suci;
6. Tidak
boleh menggunkan pakaian serba hitam, karena bisa menyamai penghuni hutan.
Di Kampung
Kuta Ciamis Jawa Berat terdapat upacara adat yang disebut nguyuh.
Upacara ini harus dilakukan di pinggir Sungai Cijolang yang berbatasan langsung
dengan Kabupaten Cilacap, Jateng danmerupakan suatu upacara ritual tradisional
Adat Kampung Kuta Kec. Tambaksari Kabupaten Ciamis yang selalu dilaksanakan
pada tanggal 25 shapar pada setiap tahunnya.
E. Tradisi
Bau Nyale
Nyale atau
disebut Bau Nyale di Lombok NTB, merupakan upacara perburuan cacing
laut untuk menyambut Pasola. Acara ini diselenggrakan sekitar bulan Februari
dan Maret. Nyale merupakan cacing Polychaeta yang biasanya
hidup di dasar sedimen. Dan jenis ini memiliki ciri akan berenang ke permukaan
air laut atau muara sekali setahun untuk berkembang biak. Polychaeta memilki
peran penting dalam ekosistem laut karena mereka merupakan predator dan
scavenger, sekaligus merupakan makanan bagi ikan dan udang.
Polychaeta adalah
kelas cacing annelida yang umumnya hidup di air. Polychaeta ada di
hampir semua perairan. Kemunculannya ke permukaan air laut setahun sekali
ditentukan oleh kematangan seksualnya, yang tentunya berbeda pada tiap daerah
perairan. Saat berkembang biaknya terjadi, biasanya, pada masa menjelang bulan
mati, dan dipengaruhi intensitas cahaya bulan dan suhu air laut.Polychaeta memiliki
kelamin terpisah. Perkembangbiakannya dilakukan dengan cara seksual.
Pembuahannya dilakukan di luar tubuh. Telur yang telah dibuahi tumbuh
menjadi larva yang disebut trakofora.
Nilai
kearifan lokal dari tradisi bau nyale adalah adanya aturan untuk membatasi
pengambilan nyale tersebut. Selain itu nyale yang masih kecil tidak boleh
diambil dan biasanya nyale yang belum dewasa berada di dasar laut dan tidak
muncul ke permkaan. Nyale dimafaatkan untuk makanan bagi penduduk
setempat. Biasanya di masak dengan santan. Atau di goreng seperti teri.
F. Tradisi
Penduduk Desa Trunyan, Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali
Masyarakat
Desa Trunyan, Kecamatan Kintamani, kabupaten Bangli, Bali memiliki tradisi
upacara kematian yang tidak sama dengan masyarakat Bali umumnya yang membakar
jenazah atau ngaben, di desa ini jenazah diperlakukan dengan Mepasah,
yaitu sebuah tradisi yang memperlakukan mayat hanya dibaringkan dengan wajah
terbuka dan dibalut kain putih ditutupi dengan ancak saji, sejenis anyaman
bambu membentuk semacam kerucut untuk memagari jenazah, dibawah sebuah pohon
yang bernama pohon Taru Menyan. Anehnya, mayat itu tak akan mengeluarkan bau
busuk walaupun sudah disana selama berbulan-bulan.
Local
wisdom penduduk desa Trunyan, secara tidak langsung dapat menjaga keseimbangan
lingkungan.Karena mereka menjaga keaslian tempat yang diyakini
“mistis” tersebut dengan tidak memperbolehkan penebangan pohon Taru Menyan.
Dengan demikian, peran Kearifan Lokal Masyarakat yang berbudiluhur dalam sosial
bermasyarakat sangat penting, dimana kehidupan sosial masyarakat itu sendiri
mampu menciptakan adat dan budaya melalui daya-cipta-rasa dan karsa yang
diwariskan secara turun-temurun untuk menjaga kelestarian alam dan
lingkungannya dengan berpedoman pada nilai-nilai moral dalam pikiran dan
tingkahlakunya dengan baik dan dapat menempatkan dirinya di dalam lingkungannya
dengan belandaskan pada norma-norma yang berlaku sehingga mempunyai manfaat
bagi kesejahteraan alam dan lingkungannya.
Itulah
beberapa lokal wisdom yang terdapat di Indonesia. Melalui lokal wisdom kita
dapat mencegah kerusakan-kerusakan alam dan berbagai akibat yang
menyertainya. Pelestarian dan pemanfaatan alam yang baik dan tepat guna mampu
menjaga keseimbangannya. Ambil apa yang hanya kita butuhkan dan perlukan tanpa
berlebihan, lalu berikan apa yang menjadi haknya, adalah pelestarian. “Hargailah
alam seperti kita menghargai diri kita, niscaya keseimbangan akan terjaga.”
||Dinukil dari novian25bsc||
FASHION
© Copyright 2014 PT.MFN GROUP
www.infomadura.com|Toko Online Madura
www.infomadura.com|Toko Online Madura