Customer Service
Informasikan kebutuhan Anda melalui SMS Center kami di 0877-500-86-500
Fanpage
Comments
Template Information
KELAUTAN DAN PERIKANAN|KP
Otomotif
INFO UTAMA
Pages
ADVERTISEMENT
Untuk Anda yang ingin menjual barang Anda lebih aman, segera hubungi Marketing Infomadura.com
Email kami:
maduraexposenews@gmail.com
serba - serbi
Sport
Featured Post 6
Sosial - Politik
Powered by Blogger.
?max-results="+numposts2+"&orderby=published&alt=json-in-script&callback=showrecentposts1\"><\/script>");
-
?max-results="+numposts2+"&orderby=published&alt=json-in-script&callback=showrecentposts2\"><\/script>");
Labels:
Berita,
ferry arbania,
kampung eropa sumenep,
maduratani.com,
Nasional
![]() |
Van duyne uit Soemenep
(Foto: Istimewa)
|
Sumenep, MADURATANI.com-
Banyak kalangan meminta dinas terkait untuk terus melakukan inventarisir
terhadap sejumlah asset wisata yang selama ini terkesan diabaikan.
Salah satunya mengenai situs sejarah yang tersebar di
beberapa desa yang ada di wilayah daratan seperti halnya desa Marenagan,
Kecamatan Kalianget Sumenep.
Informasi yang dihimpun MADURATANI.com menyebutkan,
kelebihan desa marengan tidak hanya dikenal dengan wisata kuliner Pattola nya,
yang merupakan makanan khas masyarakat setempat.
Lebih dari itu, Marengan, pada masa
penjajahan Kolonial Belanda dikenal sebagai zona penting orang-orang kulit
putih, yang nota bene menjadi pusat pergerakan perekonomian hingga sekarang,
“Marengan tempo dulu dikenal dengan komoditas garam yang
konon dikendalikan colonial. Tempat itu juga mnejadi permukiman warga asing
seperti dari Negara Eropa.
Di Marengan inilah colonial pusat-pusat pemerintahan
colonial dibangun”, terang Habib, mengurai sejumlah referensi tentang situs
sejarah Marengan tempo dulu.
Diceritakan Habib, sejumlah titik di Desa Marengan
seringkali dijadikan zona ekonomi khusus oleh bangsa colonial sejak tahun 1800an.
“Di kawasan Marengan ini, perkembangan ekonomi colonial berekembang
pesat dan monopoli mereka menunjukkan eksistensi kekuatan orang-orang Eropa
saat itu di tanah Indonesia, yang zaman dulu dikenal dengan tanah Hindia”,
lanjutnya.
Bahkan ketika ditanya valid tidaknya data itu, Habib menjamin
100 persen kebenarannya. Ia juga menyebut beberapa tokoh asing seperti Dirk van
Duyne, seorang pelancong dari tanah Scheveningen sebuah kota kota yang terletak
di kawasan pesisir Negara Belanda.
“Saat itu Dirk Van Duyne masih berusia 20 tahun saat pertama
kali memasuki kawasan Marengan pada tahun 1850” urainya panjang lebar.
Dalam sebuah keterangan, lanjut Habib, Dirk Van duyne lebih
dikenal dengan sebutan Dirk I, memulai karirnya sebagai seorang penjaga rumah
di salah satu keluarga terkenal di Pulau Jawa hingga akhirnya memutuskan pindah
dan menetap di kawasan Pamekasan.
“Entah apa alasannya Dirk pindah lagi ke Sumenep dan sempat
menjadi pegawan dinas sipil, meski akhirnya jabatan itu ditanggalkan dan
beralih profesi sebagai pedagang.
Orang Belanda ini akhirnya menikahi seorang
gadis Jawa bernama Marian (Mariam) dan
tinggal seatap di “Kampung Eropa” Marengan, Kawasan Timur Kota Sumenep”, (fer/*)
FASHION
© Copyright 2014 PT.MFN GROUP
www.infomadura.com|Toko Online Madura
www.infomadura.com|Toko Online Madura