Customer Service
Informasikan kebutuhan Anda melalui SMS Center kami di 0877-500-86-500
Fanpage
Comments
Template Information
KELAUTAN DAN PERIKANAN|KP
Otomotif
INFO UTAMA
Pages
ADVERTISEMENT
Untuk Anda yang ingin menjual barang Anda lebih aman, segera hubungi Marketing Infomadura.com
Email kami:
maduraexposenews@gmail.com
serba - serbi
Sport
Featured Post 6
Sosial - Politik
Powered by Blogger.
?max-results="+numposts2+"&orderby=published&alt=json-in-script&callback=showrecentposts1\"><\/script>");
-
?max-results="+numposts2+"&orderby=published&alt=json-in-script&callback=showrecentposts2\"><\/script>");
InfoMadura.com| Setelah sekian lama
vakum, PPBI Cabang Bangkalan kini bangkit lagi dengan menggelar pameran
nasional seni bonsai di alun-alun Bangkalan, 6-13 Oktober 2013. Pameran yang
menandai HUT Kabupaten Bangkalan ke 482 ini memilih tema dengan kalimat yang
puitis: “Desir-desir semangat di dedaunan mungil”. Kali ini pameran diikuti
bonsai kelas Madya sebanyak 41 bonsai, kelas Regional 71 bonsai dan kelas
Prospek 59 bonsai.
M. Effendi Nurtribudi
(Pepeng) Ketua Panitia,
menjelaskan, pameran ini baru pertama kali
diselenggarakan sejak ketua PPBI Cabang Bangkalan, Abdul Muis, meninggal dunia sekitar
tahun 2008. Setelah terpilih Ketua PPBI
Cabang Bangkalan yang baru, H. Amin
Mansur, baru bangkit lagi dengan menggelar pameran yang dibuka oleh Bupati
Bangkalan, KH. Makmun Fuad Amin, Rabu (9/10).
Kimeng, Koleksi Arifin Prolink, Probolinggo |
Dalam pameran ini yang
bertugas sebagai Dewan Juri adalah Rudi Nayoan, sedangkan Tim Juri terdiri dari
Weni Atmoko (Tuban), Gembyak
(Malang), S. Wahjudi (Sidoarjo), Maya (Bandung),
dan seorang juri dari Jember. Dari
bonsai yang diikutkan menjadi peserta terpilih The Best Ten kelas Madya,
Regional dan kelas Prospek, masing-masing tidak ada bonsai yang dinyatakan
sebagai Best in Show. Sepuluh bonsai yang terpilih dalam The Best Ten kelas
Madya adalah sebagai berikut:
Santigi, koleksi Achmad Fauzan, Bangkalan |
1.
Arjuna
koleksi Bertono, Pasuruan
2.
Asam
Jawa koleksi Fauzan, Bangkalan
3.
Elegan
koleksi Dhiet, Bangkalan
4.
Gulogumantung,
koleksi Slamet
5.
Kimeng
koleksi Arifin Prolinx Probolinggo
6.
Loa,
koleksi Husny Bahasuan, Sidoarjo
7.
Santigi
koleksi Achmad Fauzan, Kamal
8.
Santigi
koleksi Slamet
Serut, Koleksi Supa'i. Bangkala |
9.
Serut
koleksi David, Sidoarjo
10. Serut koleksi Supa'i, Bangkalan
Dari 10 bonsai tersebut, salah satu yang menarik perhatian adalah bonsai Loa, koleksi Husny Bahasuan dari PPBI Cabang Sidoarjo. Sepintas lalu bonsai ini seperti gaya raft, dengan banyak cabang menjulur ke hampir semua arah. Padahal jika ditelisik lebih teliti, bonsai ini sejatinya sejatinya “menyembunyikan” batang utamanya dalam jepitan batu di bagian depan dan belakang. Sementara bekas-bekas potongan cabang yang nampak berlubang malah senada dengan cekungan-cekungan pada batu yang menjadi landasannya. Di sinilah letak kreativitas senimannya bagaimana memposisikan batu
Arjuna, koleksi Bertono, Pasuruan |
Bonsai lainnya yang
juga menarik adalah Kimeng, koleksi Arifien Prolink dari Probolinggo. Hampir
sama dengan Loa di atas, bonsai ini memiliki banyak cabang namun hampir
semuanya berdiri tegak. Yang nampak unik adalah, diantara banyak cabang itu
sebetulnya merupakan akar-akar gantung yang menjulur ke bawah dan sudah
membesar sehingga menyerupai cabang. Kanopi sengaja dibuat gundul, tanpa daun,
sehingga memperlihatkan percabangan yang selesai ditraining hingga mencapai
anak ranting dan cucu ranting.
Dua bonsai tersebut
dapat dikatakan sebagai “bonsai yang berbicara” lantaran memandanginya tidak
cukup waktu sejenak. Dibutuhkan beberapa lama untuk menikmatinya sehingga
memancing inspirasi tersendiri. Begitu pula dengan bonsai Santigi, koleksi Ahmad
Fauzan dari Kamal, Madura. Bonsai yang satu ini
memiliki beberapa cabang menuju
arah yang berbeda dengan batang utama memperlihatkan serat kayu bagian dalam
yang meliak-liuk. Seperti dua bonsai sebelumnya, Santigi yang satu ini juga
membutuhkan waktu beberapa jenak untuk dapat menikmatinya.
Asam Jawa koleksi Fauzan, Bangkalan |
Sebagai sebuah karya
seni, maka bonsai memang bukan tanaman hias biasa yang sekadar tampil subur dan
indah dipandang. Proses penggarapan sebuah bonsai pasti disertai dengan muatan
ekspresi dari senimannya. Kadar muatan itulah yang menentukan apakah bonsai
tersebut berkualitas atau tidak. Sesungguhnya karya seni yang baik itu manakala
mampu memberikan kesempatan untuk mendapatkan banyak makna dengan berulangkali
menikmatinya. Karya seni yang baik manakala tidak membosankan memandangnya
berkali-kali, dan bukan hanya
cukup dinikmati sekali pandang saja.
Elegan koleksi Dhiet, Bangkalan |
Dalam kaitan inilah
maka bonsai Serut koleksi Supa’i dari Bangkalan layak juga dinikmati
berlama-lama. Bonsai ini juga memiliki banyak cabang dan dahan besar yang
menyerupai cabang merunduk. Mirip dengan Loa koleksi Husny di atas, dua buah
batu yang mengapitnya ikut memperkuat penampilannya. Juluran cabang-cabangnya
yang nampak agak berbelit justru menimbulkan rasa penasaran untuk mengetahui
alurnya.
Sementara bonsai
lainnya, bukan berarti bonsai yang tidak bagus, toh setidaknya para juri sudah
mengganjarnya menjadi the Best Ten. Tentu saja
para juri memiliki kriterianya
sendiri. Apa yang diulas di sini hanyalah hasil pengamatan dari 10 bonsai
terpilih tersebut yang dianggap memiliki sesuatu untuk diceritakan. Dan
ternyata, diluar The Best Ten itu ada juga bonsai-bonsai lain yang tampil
menarik. Dalam tulisan berikutnya akan diuraikan tersendiri setelah ulasan
mengenai The Best Ten bonsai kelas Regional. (*)
Gulogumantung, koleksi Slamet |
BLOGJELAJAHBONSAI|INFOMADURA
FASHION
© Copyright 2014 PT.MFN GROUP
www.infomadura.com|Toko Online Madura
www.infomadura.com|Toko Online Madura