Pedoman Media Siber
Bojonegoro (maduratani.com) - Ratusan hektar lahan pertanian yang ditanami padi tergenang banjir akibat luapan sungai Semar Mendem, anak sungai Bengawan Solo terancam gagal panen. Bahkan sejumlah petani melakukan tanam dini untuk mengurangi kerugian yang terjadi.
Sedikitnya ada 824 hektare lahan di wilayah Kecamatan Baureno dan Kepohbaru, Kabupaten Bojonegoro, yang terancam gagal panen. Padi yang terendam masih berumur muda yakni antara 20-40 hari. Tanaman padi muda itu kini menjadi kusam, layu, dan tercerabut dari tanahnya.
Menurut Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pemkab Bojonegoro, Nadif Ulfa, luas areal tanaman padi yang rusak dan terancam gagal tanam masih dapat bertambah. Sebab, banjir bandang juga menggenangi areal persawahan di Kecamatan Sumberejo dan Kanor. "Data areal persawahan yang tergenang banjir di Kecamatan Sumberejo dan Kanor belum masuk," ujarnya.
Menurutnya, empat Kecamatan yang ada di Kabupaten Bojonegoro memang rawan terjadi banjir bandang akibat luapan anak sungai Bengawan Solo. Yakni Kecamatan Kanor, Kepohbaru, Sumberejo, dan Baureno. Wilayah Kecamatan Kanor dan Sumberejo rawan tergenang banjir luapan Sungai Mekuris. Sementara itu, wilayah Kecamatan Kepohbaru dan Baureno rawan tergenang banjir luapan Sungai Semarmendem.
Terpisah, Kepala Dinas Pertanian Pemkab Bojonegoro, Subekti mengatakan, tanaman padi yang tergenang banjir bandang atau banjir luapan Sungai Bengawan Solo tidak semuanya mati. "Kalau hanya terendam sehari atau dua hari ya masih tetap hidup," ujarnya.
Ia mengatakan, pihaknya sedang mendata keseluruhan tanaman padi yang tergenang banjir bandang. Tanaman padi yang rusak atau mati diusulkan mendapatkan bantuan benih padi. "Bantuan benih itu akan diambilkan dari APBD Bojonegoro," pungkasnya. [uuk/kun]
Sedikitnya ada 824 hektare lahan di wilayah Kecamatan Baureno dan Kepohbaru, Kabupaten Bojonegoro, yang terancam gagal panen. Padi yang terendam masih berumur muda yakni antara 20-40 hari. Tanaman padi muda itu kini menjadi kusam, layu, dan tercerabut dari tanahnya.
Menurut Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pemkab Bojonegoro, Nadif Ulfa, luas areal tanaman padi yang rusak dan terancam gagal tanam masih dapat bertambah. Sebab, banjir bandang juga menggenangi areal persawahan di Kecamatan Sumberejo dan Kanor. "Data areal persawahan yang tergenang banjir di Kecamatan Sumberejo dan Kanor belum masuk," ujarnya.
Menurutnya, empat Kecamatan yang ada di Kabupaten Bojonegoro memang rawan terjadi banjir bandang akibat luapan anak sungai Bengawan Solo. Yakni Kecamatan Kanor, Kepohbaru, Sumberejo, dan Baureno. Wilayah Kecamatan Kanor dan Sumberejo rawan tergenang banjir luapan Sungai Mekuris. Sementara itu, wilayah Kecamatan Kepohbaru dan Baureno rawan tergenang banjir luapan Sungai Semarmendem.
Terpisah, Kepala Dinas Pertanian Pemkab Bojonegoro, Subekti mengatakan, tanaman padi yang tergenang banjir bandang atau banjir luapan Sungai Bengawan Solo tidak semuanya mati. "Kalau hanya terendam sehari atau dua hari ya masih tetap hidup," ujarnya.
Ia mengatakan, pihaknya sedang mendata keseluruhan tanaman padi yang tergenang banjir bandang. Tanaman padi yang rusak atau mati diusulkan mendapatkan bantuan benih padi. "Bantuan benih itu akan diambilkan dari APBD Bojonegoro," pungkasnya. [uuk/kun]
Teknologi
