Stigma negatif tentang rokok sebagai musuh kesehatan semakin
digaungkan menjelang pengesahan Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP)
tentang Pengamanan Produk Tembakau sebagai Zat Adiktif Bagi Kesehatan
atau lebih dikenal dengan RPP Tembakau pada bulan Juli 2012. Padahal,
masalah ini perlu disikapi dengan bijak karena kontribusi industri rokok
untuk perekonomian bangsa ini tidaklah kecil. Hal ini dapat dilihat
dari besarnya kontribusi cukai rokok terhadap penerimaan devisa negara,
banyaknya masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada industri rokok,
serta budaya rokok kretek yang merupakan warisan budaya para leluhur
bangsa ini.
Warta Ekonomi kemudian menggagas forum dialog untuk mendengar
aspirasi seluruh pemangku kepentingan industri tembakau, baik yang pro
maupun kontra. Forum berlangsung pada Rabu siang (20/6) di hotel Gran
Melia, Jakarta. Dengan mengangkat tema “Polemik Tembakau: Siapa Yang
Diuntungkan”, forum ini benar-benar menjadi sarana komunikasi dua arah
menuju kesepahaman bersama dalam menyikapi keberadaan industri rokok
secara arif.
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Muhaimin Iskandar hadir
dan membuka langsung acara itu. Ia menyampaikan pidato pembukaan tentang
“Kontribusi Industri Rokok terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Nasional”.
Dilanjutkan kemudian dengan diskusi panel yang berjalan komunikatif dan
positif. Tampil sebagai panelis adalah Hasan Aoni Aziz (Corporate
Communication Gabungan Perserikatan Pabrik Rokok Indonesia) yang
mempresentasikan “Sumbangsih Industri Rokok terhadap Perekonomian
Indonesia”, Sudaryatmo (Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia) yang
memaparkan “Perlindungan dan Jaminan Bagi Konsumen Perokok dan
Non-Perokok”, Wisnu Brata (Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia)
yang membeberkan “Peran Petani Tembakau Dalam Pembangunan Industri Rokok
Nasional”, M. Sobary (budayawan dan peneliti) yang membahas “Rokok
Kretek Dalam Perspektif Budaya Khas Indonesia”, dan Faisal Yunus (Guru
Besar Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi) dari Ikatan Dokter
Indonesia.
