Customer Service
Informasikan kebutuhan Anda melalui SMS Center kami di 0877-500-86-500
Fanpage
Comments
Template Information
KELAUTAN DAN PERIKANAN|KP
Otomotif
INFO UTAMA
Pages
ADVERTISEMENT
Untuk Anda yang ingin menjual barang Anda lebih aman, segera hubungi Marketing Infomadura.com
Email kami:
maduraexposenews@gmail.com
serba - serbi
Sport
Featured Post 6
Sosial - Politik
Powered by Blogger.
?max-results="+numposts2+"&orderby=published&alt=json-in-script&callback=showrecentposts1\"><\/script>");
-
?max-results="+numposts2+"&orderby=published&alt=json-in-script&callback=showrecentposts2\"><\/script>");
![]() |
Ada satu hal yang tidak saya temui di Belanda yaitu bak mandi plus gayungnya. Tentu saja karena bak mandi tidak dikenal di Belanda. Di Belanda hanya ada badkuip atau bathtub dan pancuran (shower). Kalau pun ada bak, itu juga yang berukuran besar alias kolam (renang). Oleh karena itu dalam bahasa Belanda sebelumnya hanya dikenal baden (mandi di kolam atau sungai) dan douchen (mandi dengan pancuran). Barulah setelah mandi dikenal oleh mereka, kosakata mandien akhirnya masuk dalam bahasa Belanda. Termasuk kata mandiebak (bak mandi), mandiekamer (kamar mandi), dan gajoeng (gayung). Tidak hanya itu, menurut sastrawan Louis Couperus, istilah sirammen juga dipakai yang mengacu pada urusan membersihkan tubuh ini.
Urusan membersihkan diri ini bagi orang Belanda yang pernah tinggal di Hindia Belanda tentu sangat menarik karena di negeri asal mereka, apalagi jika musim dingin, mandi adalah suatu keterpaksaan. Bagi mereka tak perlu mandi, cukup membasuh atau mengelap tubuhnya. Lalu disemprotkan parfum, selesailah sudah. Maka ketika mereka menginjakkan kaki di negeri tropis ini, kebiasaan mandi adalah suatu keharusan. Jika tidak mau tubuhnya berbau harum.
Menurut sejarawan Anthony Reid, melimpahnya air merupakan salah satu ciri negeri tropis, khususnya Asia Tenggara. Oleh karena itu kelihatannya mereka tak perlu khawatir kehabisan air dan seolah tampak ‘boros’ jika membersihkan tubuh. Namun, saat ini persediaan air di beberapa kawasan dapat dikatakan begitu mengkhawatirkan.
Pada abad ke-17 orang Asia lebih dahulu memiliki kebiasaan mandi dengan menggunakan air mengalir dibandingkan orang Eropa yang antipati dengan kebiasaan itu. Orang Asia telah memanfaatkan sungai sebagai tempat untuk membersihkan tubuh. Oleh karena itu mereka senang tinggal di tepi aliran sungai.
Jika tidak ada sungai, orang menuangkan seember air sumur di kepala mereka. Cara mandi seperti ini cenderung melarutkan bakteri tubuh bagian bawah menjauh dari kepala. Praktik ini lebih aman dibandingkan dengan mandi di dalam bak yang sama untuk semua anggota keluarga. Dimulai dari anggota keluarga tertua sampai termuda (bayi). Seperti yang dilakukan di negeri bercuaca dingin (Eropa).
Pada masa VOC, seperti halnya orang Portugis, orang Belanda yang ‘lebih berani’ pada air adalah kaum perempuan. Sementara itu kaum prianya ‘takut’ air alias enggan untuk mandi. Di kalangan orang Belanda di Batavia sendiri ada yang berpendapat pro dan kontra. Mereka yang terbiasa mandi, merasa tidak nyaman jika tidak mandi. Saat itu istilah yang dipakai adalah wassen (mencuci), bukan baden (mandi).
Pihak yang menganggap pentingnya mandi mengeluarkan peraturan khusus untuk para serdadu VOC yang mewajibkan mereka mandi setiap delapan atau sepuluh hari sekali. Namun, peraturan itu tak dipatuhi sebagaimana mestinya. Tetap saja mereka tak mau mandi. Maka dikeluarkan lagi peraturan susulan. Isinya para serdadu VOC di Rijswijk tidak boleh dipaksa mandi seminggu sekali.
Pada 1804, kelompok yang anti mandi mendapat angin dari Keuchenius, seorang dokter. Ia menyatakan mandi tidak perlu dan tidak baik untuk kesehatan. Keuchenius mengacu pada tempat mandi mereka di sungai yang secara detil digambarkan oleh J. Rach.
Tempat-tempat mandi pada masa VOC itu disebut paviljoentjes dan merupakan salah satu bagian dari gedung-gedung mewah milik para pembesar VOC. Di bawah tempat mandi berbentuk paseban itu dibuat semacam kerangkeng berterali kayu. Dalam kandang itulah, orang yang akan mandi turun ke bawah. Jelas, tempat mandi ini berada di udara terbuka.
Namun, pada abad ke-18 itu sudah ada pula kamar mandi tertutup dan setengah tertutup. Misalnya di halaman milik Reinier de Klerk di Jalan Gajah Mada (sekarang gedung Arsip Nasional). Menurut F. De Haan dalam Oud Batavia (1922) ada pula rumah-rumah besar pada masa itu yang memiliki waschhuis (rumah cuci) di halaman belakang rumah. Di tempat yang tak beratap itu disediakan tahang/tong kayu beserta gayung. Tempat semacam itu seringpula disebut mandihok (kandang mandi).
Pada masa berikutnya, melalui foto-foto tempo doeloe kita bisa menyaksikan sumur di halaman belakang rumah milik orang Belanda yang berfungsi sebagai sumber air kamar mandi. Kamar mandinya pun besar. Seperti kamar mandi rumah nenek saya (sekarang sudah rata dengan tanah) yang berukuran 2 x 1,5 x 1 meter. Jika harus membersihkannya kita pun harus masuk ke dalamnya.
Justus van Maurik, seorang pengusaha cerutu asal Amsterdam ini menceritakan masalah mandi ini. Menurutnya, di beberapa hotel di Hindia tergantung papan peringatan:
“Het is verboden in den mandiebak te baden of het water met zeep te verontreinigen.” (Dilarang masuk ke dalam bak mandi atau mengotori air dengan sabun).
Menariknya pada 1 Juni 1861, seorang pengusaha bernama Victor Thornerieux membuka sebuah hotel di Molenvliet (di kawasan Harmoni) yang diberi nama Hotel de l’Univers, mungkin sebagai saingan dan membedakan dengan Hotel des Indes di seberangnya. Menurut iklan yang dipasangnya, Hotel de l’Univers dilengkapi dengan kolam mandi berisi air kali!
Sementara itu Augusta de Wit, salah seorang turis Belanda yang berkunjung ke Jawa pada akhir abad ke-19 menuturkan kesannya tentang mandi. Menurutnya mandi beberapa kali sehari adalah keharusan. Kalau tidak mandi berarti tidak sopan. Mandi di Hindia pun berbeda dengan di Eropa. Di Eropa ia biasanya hanya berendam tapi di Hindia ia harus mengguyur badan dengan bergayung-gayung air. Suatu kenikmatan untuk jiwa dan raga, tulisnya.
|INDOFILES/FOTO.MBLUSUK|
FASHION
© Copyright 2014 PT.MFN GROUP
www.infomadura.com|Toko Online Madura
www.infomadura.com|Toko Online Madura