Customer Service
Informasikan kebutuhan Anda melalui SMS Center kami di 0877-500-86-500
Fanpage
Comments
Template Information
KELAUTAN DAN PERIKANAN|KP
Otomotif
INFO UTAMA
Pages
ADVERTISEMENT
Untuk Anda yang ingin menjual barang Anda lebih aman, segera hubungi Marketing Infomadura.com
Email kami:
maduraexposenews@gmail.com
serba - serbi
Sport
Featured Post 6
Sosial - Politik
Powered by Blogger.
?max-results="+numposts2+"&orderby=published&alt=json-in-script&callback=showrecentposts1\"><\/script>");
-
?max-results="+numposts2+"&orderby=published&alt=json-in-script&callback=showrecentposts2\"><\/script>");
Untuk menjadi pribadi yang unggul, anak mesti tumbuh dengan pola
pengasuhan yang tepat di lingkungan yang mendukung. Kebutuhan tumbuh
kembang tersebut utamanya diberikan oleh sang ibu. Karena itu, seorang
ibu harus menjaga betul kepribadiannya.
Disadari atau tidak, anak akan mencontoh perilaku orang tua, khususnya ibunya. Mengapa begitu? Sebab, umumnya bersama ibulah anak lebih banyak menghabiskan waktu.
Kepribadian positif tidak hanya harus dikembangkan oleh perempuan yang sudah memiliki anak. Mereka yang masih lajang pun sudah harus menyiapkan diri.
Kenyataannya, banyak perempuan yang mengabaikan masa lajangnya untuk melakukan hal-hal positif sebagai pembentuk karakternya. Mereka seolah kesulitan menanggalkan perilaku khas masa remaja yang cenderung membangkang terhadap norma. Itulah yang membuat seorang perempuan muda kemudian dikritik habis-habisan di media sosial lantaran mencemooh ibu hamil melalui akun Path-nya.
Sosiolog Musni Umar tak menampik pada era sekarang, perempuan muda kehilangan rasa penghormatannya, baik pada diri sendiri maupun orang lain. Di lain kesempatan, mereka hanya peduli pada diri sendiri dan tidak peduli pada orang lain.
Jumlah mereka tak banyak, tetapi sekali berulah, ia dapat memancing perhatian masyarakat lantaran perilakunya berbenturan dengan norma sosial. “Sikap tak terpuji tersebut bisa jadi disebabkan oleh pergaulan yang keliru dan kondisi keluarga yang bermasalah,” komentar sosiolog dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta, ini.
Selain itu, kemerosotan moral lain yang dihadapi perempuan masa kini adalah perselingkuhan. Ada saja perempuan yang masuk ke kehidupan pria beristri. Ketika hubungannya semakin serius, mereka berlindung di balik 'izin' agama sehingga membuat poligami seolah menjadi perselingkuhan yang dilegalkan.
“Pelaku poligami ataupun perempuan yang menjadi pihak ketiga lupa bahwa dalam poligami memiliki persyaratan yang harus dipenuhi,” sesal Musni.
Dari sisi sosiologi, Musni menjelaskan, masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam memang dapat saja menerima poligami. Akan tetapi, ia sangsi pria pelakunya mampu memenuhi persyaratan poligami, yaitu berperilaku adil. Secara ekonomi, pelaku poligami mungkin bisa berlaku adil. Namun, keadilan ini akan sulit diterapkan dalam hubungan fisik ataupun komunikasi. "Si pria pasti lebih sering ke rumah istri muda," ucap dia.
Di lain sisi, saat ini tingkat pendidikan dan kemandirian perempuan semakin tinggi dan terus meningkat. Hal ini pula yang membuat perempuan lebih memilih bercerai daripada harus menjalani poligami. (ROL)
Disadari atau tidak, anak akan mencontoh perilaku orang tua, khususnya ibunya. Mengapa begitu? Sebab, umumnya bersama ibulah anak lebih banyak menghabiskan waktu.
Kepribadian positif tidak hanya harus dikembangkan oleh perempuan yang sudah memiliki anak. Mereka yang masih lajang pun sudah harus menyiapkan diri.
Kenyataannya, banyak perempuan yang mengabaikan masa lajangnya untuk melakukan hal-hal positif sebagai pembentuk karakternya. Mereka seolah kesulitan menanggalkan perilaku khas masa remaja yang cenderung membangkang terhadap norma. Itulah yang membuat seorang perempuan muda kemudian dikritik habis-habisan di media sosial lantaran mencemooh ibu hamil melalui akun Path-nya.
Sosiolog Musni Umar tak menampik pada era sekarang, perempuan muda kehilangan rasa penghormatannya, baik pada diri sendiri maupun orang lain. Di lain kesempatan, mereka hanya peduli pada diri sendiri dan tidak peduli pada orang lain.
Jumlah mereka tak banyak, tetapi sekali berulah, ia dapat memancing perhatian masyarakat lantaran perilakunya berbenturan dengan norma sosial. “Sikap tak terpuji tersebut bisa jadi disebabkan oleh pergaulan yang keliru dan kondisi keluarga yang bermasalah,” komentar sosiolog dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta, ini.
Selain itu, kemerosotan moral lain yang dihadapi perempuan masa kini adalah perselingkuhan. Ada saja perempuan yang masuk ke kehidupan pria beristri. Ketika hubungannya semakin serius, mereka berlindung di balik 'izin' agama sehingga membuat poligami seolah menjadi perselingkuhan yang dilegalkan.
“Pelaku poligami ataupun perempuan yang menjadi pihak ketiga lupa bahwa dalam poligami memiliki persyaratan yang harus dipenuhi,” sesal Musni.
Dari sisi sosiologi, Musni menjelaskan, masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam memang dapat saja menerima poligami. Akan tetapi, ia sangsi pria pelakunya mampu memenuhi persyaratan poligami, yaitu berperilaku adil. Secara ekonomi, pelaku poligami mungkin bisa berlaku adil. Namun, keadilan ini akan sulit diterapkan dalam hubungan fisik ataupun komunikasi. "Si pria pasti lebih sering ke rumah istri muda," ucap dia.
Di lain sisi, saat ini tingkat pendidikan dan kemandirian perempuan semakin tinggi dan terus meningkat. Hal ini pula yang membuat perempuan lebih memilih bercerai daripada harus menjalani poligami. (ROL)
FASHION
© Copyright 2014 PT.MFN GROUP
www.infomadura.com|Toko Online Madura
www.infomadura.com|Toko Online Madura